GELORA.CO - Krisis pandemi COVID-19 yang kini menjalar hingga lebih dari 100 negara ini menimbulkan kepanikan warga dunia. Karena kecemasan ini, banyak orang yang lantas percaya begitu saja dengan berbagai rumor, seperti teori konspirasi, hingga teknik penyembuhan COVID-19 yang belum terbukti kebenarannya.
Beberapa waktu lalu misalnya, 44 warga Iran menenggak alkohol 'penangkal corona' yang ternyata mengandung cairan pemutih. Puluhan warga Iran ini pun meregang nyawa lantaran percaya dengan adanya rumor yang menyatakan bahwa alkohol bisa menolak hingga menyembuhkan penyakit COVID-19.
Kini, insiden serupa kembali terjadi di Korea Selatan (Korsel), yaitu saat puluhan jemaat justru dilaporkan terinfeksi COVID-19 karena mengonsumsi air garam yang disediakan oleh pihak gereja. Persis seperti Iran, peristiwa ini juga muncul lantaran pihak gereja percaya bahwa air garam bisa mencegah penyebaran virus COVID-19.
Dalam liputannya, South China Morning Post pada Senin (16/3) melaporkan bagaimana sekitar 46 orang akhirnya ikut terinfeksi lantaran mulutnya disemprot dengan air garam. Pasalnya, saat itu pihak gereja diketahui menggunakan botol yang sama untuk menyemprotkan 'ramuan mujarabnya'. Tidak hanya itu, otoritas setempat juga menjelaskan bahwa pihak gereja menyemprotkan air garam ke mulut para jemaat tanpa mensterilkan nozel botol.
Insiden ini dilaporkan terjadi di Gereja Komunitas Sungai Rahmat yang terletak di Provinsi Gyeonggi, selatan Seoul. Dalam hal ini, sejumlah gambar dari cuplikan video jelas menunjukkan bagaimana seorang pejabat gereja menempelkan nozel ke dalam mulut satu pengikut ke pengikut lainnya.
'Ritual' penyemprotan air garam ini dilakukan pihak gereja setelah sekitar 100 jemaat menghadiri pertemuan doa pada tanggal 1 dan 8 Maret. Diberitakan, warga yang terkena infeksi di antaranya termasuk pendeta serta istrinya.
"Sudah dipastikan bahwa mereka meletakkan nozel botol semprotan di dalam mulut seorang pengikut yang kemudian dikonfirmasi sebagai pasien, sebelum mereka melakukan hal yang sama untuk pengikut lain juga tanpa mensterilkan penyemprot. Ini membuatnya tak terhindarkan bagi penyebaran virus. Mereka melakukannya karena kepercayaan yang keliru bahwa air asin membunuh virus," ucap Kepala Pasukan Penanganan COVID-19 di Provinsi Gyeonggi, Hee-young.
Karena insiden ini, pihak berwenang akhirnya terpaksa menutup gereja. Tidak hanya itu, semua jemaat yang diketahui menghadiri sesi doa juga harus menjalani tes untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi COVID-19 atau tidak.
Kasus teranyar ini jelas makin menambah panjang kasus pasien terinfeksi COVID-19 di Korsel. Pada Minggu (15/3) saja, negara ini sudah mengonfirmasi 74 kasus baru, sehingga total menjadi 8.236.[]