GELORA.CO - Satelit milik Maxar Technologies yang berbasis di Amerika Serikat (AS) berhasil menangkap lokasi penggalian kuburan massal korban virus corona di Iran.
Kuburan massal itu seukuran lapangan bola dan dibuat beberapa minggu setelah kasus pertama virus corona dikonfirmasi di Iran. Lokasinya berada di pemakaman Behesht-e Masoumeh di Qom, sekitar 130 km selatan Teheran.
Menurut tradisi Islam, mayat seharusnya dikubur dengan cepat setelah kematian. Tetapi direktur kamar mayat Behesht-e Masoumeh Ali Ramezani mengatakan kepada TV pemerintah Iran, bahwa penguburan ditunda karena pengujian untuk virus membutuhkan waktu.
Sementara mayat secara tradisional dicuci dengan sabun dan air sebelum penguburan, dua pekerja medis di Qom mengatakan bahwa dalam hal itu sesuai dengan tindakan pencegahan yang terkait dengan wabah, melansir foxtv, Jumat (13/3).
Penggalian kuburan massal dimulai pada 21 Februari, sementara Iran mengumumkan kasus pertama virus corona pada 19 Februari.
Dalton Bennett, peneliti yang juga jurnalis investigasi The Washington Post menulis di akun Twitter-nya, @DaltonBennett:
"Citra satelit @maxar mulai 1 Maret jelas menunjukkan sepasang parit besar. Bersama-sama, panjangnya adalah sebidang lapangan sepak bola."
Sementara analis citra satelit di Maxar Technologies di Colorado mengatakan, bahwa dilihat dari ukuran parit dan kecepatan penggaliannya itu merupakan penyimpangan dari praktik penguburan tradisional di lokasi tersebut.
Dalam satu video yang di-posting oleh surat kabar Amerika tersebut, seorang narator mengatakan dia berada di pemakaman Behesht-e Masoumeh pada 3 Maret.
"Seorang pekerja mengatakan kepada saya bahwa mereka pasti telah mengubur lebih dari 250 korban virus corona sejauh ini," kata narator di video tersebut tanpa menyebutkan namanya, melansir Washington Post, Kamis (12/3).
"Ini semua adalah kuburan dan masih segar," lanjut sang narator. “Ini semua dari beberapa hari terakhir. Dan seperti yang Anda lihat, itu berlangsung sampai akhir."
Sebuah video dari kamar mayat menunjukkan belasan mayat berselimut tas hitam di lantai kamar mayat Iran, sementara para pekerja berjas pelindung dan topeng sibuk berjalan di antara mereka.
Gambar satelit juga menunjukkan tumpukan objek warna putih besar mirip kapur yang sebelumnya para pejabat kesehatan Iran katakan digunakan ketika mengubur para korban virus corona.
Menteri Luar Negeri Michael Richard Pompeo menuduh Teheran menyembunyikan informasi tentang penyakit itu.
"Amerika Serikat sangat prihatin dengan informasi yang menunjukkan bahwa rezim Iran mungkin telah menekan rincian penting tentang wabah di negara itu," katanya beberapa waktu lalu.
Pompeo menyerukan pembebasan beberapa warga Amerika yang ditahan secara tidak sah di Iran di tengah kekhawatiran tentang menyebarnya virus corona di penjara-penjara negara tersebut.
"Laporan bahwa COVID-19 telah menyebar ke penjara-penjara Iran sangat meresahkan dan menuntut pembebasan seluruh warga Amerika secara penuh dan segera," kata Pompeo. "Penahanan mereka di tengah kondisi yang semakin memburuk menentang kepatutan dasar manusia."
Pemerintah Iran mencatat, per Sabtu (14/3) sebanyak 11.364 kasus dengan 514 orang meninggal. Sementara yang telah sembuh sebanyak 3.529 orang.
Di antara mereka yang terinfeksi dan meninggal termasuk beberapa pejabat tinggi Iran.
Mantan menteri luar negeri Iran dan penasihat saat ini untuk Khamenei, Ali Akbar Velayati, dinyatakan positif virus itu dan dikarantina di rumahnya di Teheran, kantor berita semi-resmi Iran, ISNA.
Penasihat Khamenei lainnya, Mohammad Mirmohammadi, 71, meninggal minggu lalu, dan salah seorang ulama terkemuka negara itu, Hadi Khosroshahi, meninggal karena sakit bulan lalu.[rmol]