GELORA.CO - Bank Indonesia (BI) Perwakilan DKI Jakarta mencatat bencana banjir yang terjadi di Ibu Kota sejak 1 Januari 2020 menyebabkan kerugian materiel sebesar Rp960 miliar. Kepala Perwakilan BI DKI Jakarta, Hamid Ponco Wibowo mengatakan, jumlah itu didapat berdasarkan laporan dari berbagai himpunan asosiasi pedagang, maupun pengusaha di Jakarta.
“Kami ini menghitung secara umum, dan menghimpun data-data dari asosiasi seperti Aprindo, Hipmi, dan Kadin. Setelah dijumlahkan, angkanya kira-kira sekitar Rp1 triliun,” ujar Ponco dalam diskusi di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta, Jumat (28/2/2020).
Menurut dia, angka Rp1 triliun tersebut jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kerugian banjir yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Ponco mengatakan, pada 2002, kerugian akibat banjir Jakarta hampir 10 kali lipat dari sekarang. “Tahun 2002, itu kerugian kita DKI Jakarta akibat banjir mencapai Rp9,8 triliun,” kata dia.
Ponco menuturkan, akibat banjir Jakarta 2020, banyak sektor yang mengalami kerugian di antaranya sektor perdagangan, transportasi, pergudangan dan logistik, dan badan/jasa keuangan. “Banjir kemarin itu ada beberapa bank yang tidak beroperasi, ditambah dengan banyaknya toko ritel yang juga tutup dan aksesnya yang terhambat,” ucapnya.
Data yang dihimpun BI DKI Jakarta menunjukkan, pada 2002 kerugian banjir di Jakarta mencapai Rp9,8 triliun; sementara pada 2007 kerugiannya Rp8,8 triliun; 2013 kerugian sebesar Rp1,5 triliun; 2014 kerugian sebesar Rp5 triliun, dan; pada 2015 mencapai Rp1,5 triliun.
“Kita bandingkan dengan tahun sebelumnya masih dikategorikan sangat rendah karena recovery-nya (pemulihannya) sangat cepat. Surutnya banjir di Januari 2020 itu sangat cepat. Kalau 2007 itu sampai 10 hari surutnya, makanya berdampak sangat besar kerugiannya,” katanya.
Pada acara diskusi yang sama, Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI), Sarman Simanjorang mengatakan, banjir pada 1 Januari 2020 dipastikan jauh lebih besar kerugiannya dibandingkan dengan banjir pada 25 Februari kemarin. Sebab, momen Tahun Baru, seharusnya warga bisa menikmati hari libur dengan berpergian ke tempat wisata di Ibu Kota.
“Karena 1 Januari itu kan tahun baru, jadi banyak pusat destinasi wisata sangat sepi dan kerugiannya tentu sangat besar, kalau sekarang (banjir 25 Februari) kerugiannya tidak lebih besar,” kata Sarman di Jakarta, Jumat (28/2/2020).(nw)