GELORA.CO - Konsistensi pemerintah dalam menyampaikan imbauan data pasien dipertanyakan publik. Pasalnya, pemerintah sempat gencar mengimbau publik agar tidak mengurai data-data pasien positf virus corona. Bahkan nama pasien cukup disampaikan kasus 01, 02 dan seterusnya.
Namun saat ini, khususnya setelah pasien sembuh, pemerintah malah menggelar jumpa pers yang menghadirkan pasien sembuh. Artinya, data pasien seolah tengah diumbar ke publik oleh pemerintah.
“Jadi kan sejauh mana batasnya pasien itu harus dibuka,” ujar pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio, Rabu (18/2).
Terlepas dari itu, pendiri lembaga survei Kedaikopi tersebut menilai pemerintah telah mengakui kesalahannya dan sadar bahwa transparansi merupakan hal penting. Transparansi, katanya, penting untuk mencegah penularan wabah corona. Khususnya mengenai daerah mana saja yang rawan penyebaran.
“Data pasien memang harus dilindungi, tapi daerah-daerah mana yang ada wabahnya itu memang harus dikasih tahu. Jadi orang-orang juga hati-hati, gitu,” sambungnya.
Hensat, sapaan akrabnya, memberi tips agar transparansi tidak menimbulkan beban psikologi bagi para pasien. Caranya dengan mempersilakan pasien untuk memberi tahu langsung bahwa dirinya positif, sehingga pihak-pihak yang sempat bersentuhan langsung tahu bahwa mereka berpotensi kena.
“Nah sekarang tinggal kesiapan pemerintah gimana terhadap tes-tes ini,” tandasnya.(rm)