GELORA.CO - Sejak mulai virus corona mewabah awal tahun ini, telah muncul beberapa sejumlah pendapat yang dianggap dapat memerangi virus corona.
Pendapat ini banyak ditemukan di sejumlah negara, seperti yang dilaporkan sejumlah wartawan ABC yang berada di berbagai belahan dunia.
Mereka telah membuat laporan soal ini, karena sejumlah pemimpin negara pernah mengutarakan pendapatnya, termasuk Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Presiden Indonesia, Joko Widodo.
Namun apakah berbagai pendapat tersebut memiliki dasar ilmiah?
ABC membahasnya dengan dua pakar masalah medis di Australia, Professor Brian Oliver dari University of Technology Sydney dan Professor Damian Purcell dari University of Melbourne.
Jamu dan tanaman herbal cegah virus corona?
Seperti dilaporkan jurnalis ABC Amy Bainbridge dari Bangkok dan Anne Barker dari Jakarta.
Luc Gnago: Jamu adalah minnuman tradisional di Indonesia, dengan campuran kunyit, kunir, jahe dan bahan lainnya. (Reuters)
Seperti dilaporkan oleh korepsonden Papua Nugini Natalie Whiting
Siapa yang mengatakannya ? Anggapan ini diduga dimulai dari Amerika Serikat, yang juga banyak beredar lewat media sosial di Papua Nugini.
Apa yang dikatakan? Salah satu pendapat umum yang didengar wartawan ABC di Papua Nugini, juga banyak dibagikan di media sosial, adalah mereka yang berkulit hitam kebal terhadap virus corona.
Ketika virus ini pertama kali muncul, Ada banyak pertanyaan soal ini dari warga di Papua Nugin.
Beberapa postingan di jejaring sosial menyebut adanya hubungan virus dengan tingkat melanin, yang memberikan warna pada kulit.
Seberapa banyak yang mempercayainya? Sekarang dengan semakin banyak kasus corona terjadi di Pasifik, semakin banyak postingan di media sosial yang membantah kebenaran hal tersebut.
Inilah yang dikatakan para ahli :
Menurut Professor Oliver, teori itu tidak masuk akal sama sekali.
"Apapun warna kulit anda, virus tidak tertarik, karena tidak berhubungan dengan kulit manusia." katanya.
"Ini mungkin ada hubungannya kalau virus itu menulari kulit. Namun dalam hal ini saya tidak tahu dari mana pendapat tersebut muncul."
Professor Purcell mengatakan, "virus tidak berkembang di kulit."
"Sasaran virus coroba adalah sel dimana tidak ada melanin, yang diserang adalah paru-paru, dan saluran pernapasan," katanya.
"Tidak seorang pun yang kebal."
Sembuh corona dengan minum air garam
Siapa yang mengatakannya? Informasi yang beredar di internet, jejaring sosial, mungkin juga tetangga, teman atau sanak keluarga anda.
Apa yang dikatakan ? Menurut Johns Hopkins Medicine di Amerika Serikat, sudah ada beberapa anggapan jika menenggak dan kumur-kumur dengan minyak, air garam atau ramuan lain bisa mengobati virus corona.
Seberapa banyak yang percaya? Ini tampaknya banyak beredar, hingga membuat pusat kesehatan Johns Hopkins memberikan jawaban di situs mereka.
Inilah yang dikatakan para ahli :
Menurut Professor Purcell, kalau anda sudah terkena virus, kecil kemungkinannya meminum air garam, obat-obatan atau ramuan akan membantu.
"Virus itu membawa material genetis ke dalam tubuh, jadi kita harus mengusir sel itu sendiri," katanya.
"Ketika virus itu masuk tubuh, kita bisa mengurangi jumlah virus yang masuk, namun diperlukan sistem kekebalan tubuh untuk memeranginya."
Professor Oliver juga mengatakan hal yang sama, meski ia berpendapat obat-obatan tradisional memiliki '"khasiat untuk beberapa kondisi tertentu".
"Walaupun bekerja, mereka tidak akan bekerja semaksimal seperti obat-obatan yang diproduksi secara kimiawi."
"Ramuan seperti teh herbal atau yang lainnya bisa menyembuhkan, namun tidak berarti keesokan harinya hal itu akan terjadi lagi."
"Sementara obat yang dibuat di laboratorium diuji sehingga akan berkhasiat sama setiap kali digunakan, dan kita juga tahu kadar keselamatan ketika menggunakan obat-obat tersebut."(dtk)