GELORA.CO - Merebaknya virus corona di China bikin panik para buruh migran Indonesia di Hongkong. Mereka mengeluhkan langkanya masker dan harganya yang mahal. Mereka pun mengirimkan surat terbuka untuk bupatinya masing-masing.
Lewat surat terbuka yang ditujukan ke bupati, buruh migran asal Batang dan Pekalongan mengajukan permohonan pengiriman masker. Surat terbuka itu dikirimkan ke grup sosial media sesuai asal daerah para buruh migran tersebut.
Seperti dilihat detikcom, Rabu (12/2/2020), di awal suratnya masing-masing buruh migran memperkenalkan dirinya. Mereka lalu menceritakan kondisi di tempat mereka bekerja.
Saya mewakili temen 2 dari grup batang meminta bantuan masker, Kepada bpk bupati, karna kita butuh banget masker pak. Dari jawa timur, ntb sudah ada bantuan dari jawa tengah blm ada bantuan, memang Kami dapat bantuan dari KJRI 3 lembar masker kami pakai 2 hari, itu pun harus ngantri," tulis Nur Fayati di surat terbuka tersebut.
Menurut Nur Fayati, untuk membeli masker sendiri, diakuinya harganya mahal. Masker isi 50 harga $498 itu dari produk Indonesia dan 10 lembar harga $289.
"Karna itu dengan rendah hati saya mewakili teman 2 dari batang, mohon bantuan bpk bupati, Terima kasih kami ucapkan," tulis Nur Fayati dengan menyertakan emotikon tangan mengatup.
Hal senada juga disampaikan buruh migran asal Pekalongan Asih Huda. Lewat surat terbuka, dia mengajukan bantuan masker kepada pemda Pekalongan.
"Mereka meminta pertolongan agar dikirimkan masker. Kita melalui PMI sudah mengirimkan masker ke Hongkong sebagai langkah pelindung untuk antisipasi virus corona," kata Wakil Bupati Pekalongan Arini Harimurti kepada detikcom, Rabu (12/2/2020).
Terpisah, Bupati Batang Wihaji juga mengaku sudah merespons permintaan warganya tersebut. Pihaknya langsung berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Batang untuk melakukan pengiriman masker ke Hongkong melalui KJRI.
"Tadi saya langsung koordinasi dengan mereka (para BMI) di Hongkong, mendengar langsung suasana dan kondisi mereka. Pengiriman kita lakukan dengan cepat tanpa birokrasi. Kalau nunggu birokrasi urusanya lama. Makanya langsung kita tanggapi dan koordinasikan," urai Wihaji.(dtk)