GELORA.CO - Cerita 'klenik' yang disampaikan Sekretaris Kabinet Pramono Anung dalam melarang presiden berkunjung ke Kendiri menjadi bukti ada kekhawatiran Istana terhadap posisi Joko Widodo sebagai RI satu.
"Jadi mereka sendiri melihat kalau tidak hati-hati, nanti Pak Jokowi bisa selesai di tengah jalan. Jadi ya keyakinan itu mulai muncul di lingkungan istana," kata analis politik dari Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, Selasa (18/2).
Pria lulusan Universitas Syarif Hidayatullah UIN Jakarta ini pun menyampaikan sejumlah indikator mengenai konklusinya tersebut. Pertama, tentang sikap pemerintah atas kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkannya saat ini.
"Memaksakan revisi UU KPK, Omnibus Law, serta memaksakan anaknya terlibat Pilkada dan sebagainya. Mereka sudah memperhitungkan kalau terus menerus kebijakan ini dilaksanakan, ada potensi Pak Jokowi itu tidak akan sampai 5 tahun," tambahnya.
Selain itu, lanjut Ray Rangkuti, pernyataan Pramono yang disampaikan di acara peresmian Rumah Susun Pondok Pesantren Hidayatullah Mubtadiin, Lirboyo, Kediri, Jawa Timur itu tidak etis.
Sebab pemerintah tidak memberikan kesan edukatif untuk masyarakat, melainkan justru memberikan pemahaman yang bersifat mistis, dan jauh dari unsur akademis.
"Ini membuat simpati publik menurun ke Pak Jokowi. Sharusnya itu tidak perlu dibalut dengan keyakinan mistik, cukup keyakinan scientific saja. Kalau terus menerus begini ya sudah," pungkas Ray Rangkuti.[rm]