GELORA.CO - Ini kesan yang belakang tampak dan ramai jadi pembicaraan di kalangan politisi dan pemerhati politik. Bahwa ada persaingan serius di tubuh PDI Perjuangan.
Persaingan yang melibatkan dua keluarga utama di partai itu, keluarga Presiden Joko Widodo dan keluarga Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Persaingan ini tampak sejak Gibran Jokowi berusaha untuk mendapatkan tiket dari PDIP demi bisa melenggang di arena pemilihan kepala daerah di Kota Solo.
Di saat bersamaan, pernyataan yang sempat disampaikan Mega yang meminta agar politisi PDIP tidak sembarangan mencalonkan keluarga, termasuk anak, dalam pilkada dianggap sebagai bentuk ketidaksukaannya atas manuver keluarga Solo.
Pernyataan itu disampaikan Mega saat saat mengumumkan sejumlah calon kepala daerah dari kubu banteng.
Mega sendiri tidak pernah mengatakan secara spesifik kepada siapa pernyataan itu diarahkan.
Tetapi publik sudah kadung menduga-duga ada bara di dalam sekam.
Hal yang paling menjadi sorotan publik bukanlah soal Megawati melawan Jokowi. Melainkan soal pelanjut trah Jokowi vis a vis pelanjut trah Megawati. Artinya ini soal Gibran dan Puan.
Gibran jelas masih sangat muda di arena politik. Mencoba mendapatkan tiket dari PDIP adalah debut pertamanya.
Sementara Puan adalah sosok yang sangat matang, sudah mencicipi asam dan garam kehidupan politik.
Kedua orang tuanya bukan politisi kaleng-kaleng dan karbitan. Kedua orang tuanya ideolog dan pejuang.
Puan sendiri sukses menjadi Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan di periode pertama pemerintahan Jokowi. Sukses itu tentu karena ia telah digembleng oleh kedua orang tuanya, dan jangan lupa, mewarisi nama besar sang eyang, Bung Karno.
Kini posisi Puan lebih strategis lagi. Dia lah komandan anggota DPR RI.
Tidak berlebihan rasanya bila kedua anak muda ini, Gibran dan Puan, oleh orang tua masing-masing dipersiapkan dan diproyeksikan untuk sesuatu yang lebih serius di masa depan.
Masa depan itu berarti 2024, dan sesuatu yang lebih serius itu adalah posisi presiden atau wakil presiden.
Kalkulasi politik ini yang mendorong pengelola akun Twitter @rmol_ID menggelar #TwitPol24Jam untuk mengukur tingkat kesukaan follower atas dua nama yang belakangan mulai dipandang sebagai matahari kembar.
Sampai poling 24 jam berakhir beberapa saat lalu (Selasa malam, 25/2), poling diikuti 2.439 akun. Sampai berita ini diturunkan, poling 24 jam itu dikomentari 155 kali, disukai 44 kali dan dipantulkan 46 kali.
Bagaimana hasilnya?
Gibran unggul tiga persen dari Puan. Ia mengantongi 7 persen suara, sementara Puan mengantongi 4 persen suara.
Apakah ini sejalan dengan survei lembaga lain yang mengatakan Jokowi lebih disukai dari Bung Karno?
Belum diperoleh kepastian mengenai hal ini.
Sementara itu mayoritas suara dalam poling 24 jam ini diperoleh pilihan ketiga: pikir-pikir dulu (89 persen).
Perlu disampaikan kepada pembaca bahwa poling 24 jam ini jelas tidak menggunakan metode penelitian apapun. Dan tidak dimaksudkan untuk menjadi referensi politik.[rmol]