GELORA.CO - Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai terlalu sensitif dengan pernyataan Presiden Joko Widodo yang menyebut kasus Jiwasraya telah muncul pada tahun 2006. SBY bahkan bereaksi dengan menulis tulisan panjang yang beredar ke awak media dan media sosialnya.
Menurut Direktur Ekskutif Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie, sikap SBY tersebut jauh berbeda dengan sikap mantan presiden lainnya yang lebih tegas.
“Bagi saya jika Pak SBY dibandingkan dengan presiden lainnya Pak SBY sedikit emosional ketika barangkali mengaitkan suatu hal,” ucap Jerry di acara Crosscheck, Jalan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Minggu (2/2).
SBY dianggap tersinggung dengan pernyataan pemerintah yang menyebut kasus Jiwasraya muncul sejak tahun 2006 di mana tahun tersebut merupakan tahun pemerintahan Ketua Umum Partai Demokrat itu.
Jerry mengatakan, SBY terlalu sensitif, padahal pemerintah tidak menyebut secara spesifik di zaman pemerintahan siapa kasus dugaan megakorupsi itu bergulir.
“Ini belum terlalu gamblang, mereka baru bilang 2006 tidak merujuk pada seseorang. Memang waktu 2006 itu ada pemerintahan dia, kecuali kalau bilang begini Presiden SBY dengan menyebut nama dan menyebut apa. Kalau enggak bersalah diam aja, stay cool aja, keep silent,” katanya.
“Kalau saya presiden, dituduh atau difitnah, kalau saya tidak melakukan kenapa harus ada reaksi emosional,” tambahnya.
Pihaknya meminta SBY jangan terlalu mengedepankan sisi feminin agar tidak disebut baper oleh masyarakat.
“Pemimpin jangan terlalu sensitif juga, karena kan ada maskulin dan feminin, pemimpin harus maskulin jantan jangan sampai jiwa feminisme itu muncul. Bukan menganggap feminin, tapi gayanya beliau barangkali lebih ke perasaan,” tandasnya.(*)