ANWAR Ibrahim, kata Rizal Ramli, adalah tokoh demokrasi Asia, yang kesabaran dan kepiawaiannya dalam berpolitik serta berdemokrasi, kembali diuji oleh perjalanan sejarah, oleh perkembangan terkini politik di negeri jiran itu.
Mantan Menteri Kordinator Bidang Perekonomian zaman Presiden Abdurrahman Wahid ini menjelaskan bahwa jejak Anwar dalam politik Malaysia sesungguhnya seperti jejak Nelson Mandela dalam sengkarut politik di negeri Afrika Selatan. Karir politik Anwar pernah dibanting, hingga tersuruk ke balik jeruji penjara, tapi dia sanggup menjaga militansi serta semangat juang.
"Dan meski menelan segala kepahitan dalam politik, Anwar tetap memiliki courage untuk memaafkan demi masa depan bangsanya," kata Rizal di Jakarta, Kamis 27 Februari 2020.
Anwar adalah sahabat lama Rizal Ramli. Dan, memiliki riwayat yang hampir sama dalam politik. Rizal, semasa muda pernah dijebloskan pemerintah Orde Baru ke kamar penjara karena perjuangan politik. Sepekan setelah lepas dari jeruji besi, Anwar berkunjung ke Jakarta, bertemu, berdiskusi, dan bersenda gurau dengan Rizal Ramli.
Dalam pertemuan yang berlangsung Senin 21 Mei 2018, itu mereka berdiskusi tentang politik, hukum, ekonomi dan hubungan kedua bangsa serumpun. Anwar, kata Rizal dalam kesempatan itu, adalah salah satu harapan bagi masa depan Malaysia.
Sebab, selain tahan banting lewat perjalanan politik yang berliku berduri, ketokohan Anwar begitu kuat di level internasional, memahami masalah, punya visi, serta menyimpan cinta yang mendalam terhadap negerinya.
Perjalanan karir politik Anwar Ibrahim, memang seperti mewakili sisi tergelap dan terlelah dalam sejarah moderen negeri Malaysia. Dia pernah menjadi wakil Mahathir Mohamad, sebelum dipecat 1998, dan kemudian dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan korupsi dan sodomi. Bebas tahun 2004, dan memimpin barisan reformis Malaysia.
Pulang ke arena politik itu, membuatnya kembali menjadi musuh pemerintah. Tahun 2015, semasa Najib Razak menjadi perdana menteri, dia kembali dipenjara untuk tuduhan yang menurut Anwar cuma karangan, palang pintu baginya untuk kembali ke panggung politik.
Lima tahun terkurung, Anwar kembali bebas 18 Mei 2018. Koalisi Pakatan Harapan pimpinan Mahathir Mohamad, saat itu berjanji menyerahkan jabatan kepada Anwar dalam waktu dua tahun.
Wan Azizah, istri Anwar Ibrahim, didapuk sebagai Wakil Perdana Menteri, merangkap Menteri Perempuan dan Pembangunan Masyarakat pada pemerintahan Mahathir yang baru saat itu.
Setelah melewati sekian pertempuran yang gelap, dua tahun lalu itu politik Malaysia seperti sedang bernostalgia. Dua tokoh besar dalam perjalanan politik 30 tahun terakhir, Mahathir dan Anwar, kembali bersatu.
Selain menjanjikan bagi Malaysia, kata Rizal Ramli, "Keduanya memberi contoh kepada banyak negara, tentang bagaimana menyudahi pertempuran politik demi masa depan bangsa."
Dalam pertemuan yang santai dengan Rizal Ramli di Jakarta Mei 2018 itu, Rizal sempat berseloroh, sungguhkah Anwar percaya pada janji Mahathir, yang oleh Anwar disebut sebagai senior dan gurunya itu. Saat itu Anwar menegaskan bahwa dia sungguh percaya pada janji itu, dan semua akan berjalan dengan baik.
Hari-hari ini, dalam perkembangan terkini politik negeri itu, tampaknya keyakinan dan kepiawaian Anwar dalam mengelola arah politik yang berubah kembali diuji.
Selasa kemarin, secara mengejutkan Mahathir mengumumkan pengunduran diri, serta membubarkan koalisi partai yang mengusungnya ke kursi perdana menteri, lalu membentuk koalisi baru. Sebuah siasat, yang menurut sejumlah pengamat, disebut sebagai palang pintu bagi Anwar ke kursi orang nomor satu di negeri itu.
Rizal menyayangkan perkembangan politik yang terbaru ini, dan berharap Mahathir dan Anwar, yang disebutnya sebagai dua tokoh bijak dalam politik Malaysia, segera menemukan solusi dari kemelut ini.
"Jam terbang mereka menyelesaikan masalah dari aneka tekanan, sudah sangat panjang, karena Pak Mahathir lawan yg berat untuk Anwar jika ada Pemilu ulang di Malaysia," kata Rizal.
Anwar Ibrahim sendiri meyakini bahwa sang guru, Mahathir Mohamad, tidak terlibat dalam pembentukan koalisi baru, kelompok yang disebutnya menjegal dia ke kursi Perdana Menteri Malaysia.
Woworuntu Manalo