GELORA.CO - Posisi ekonomi Indonesia yang masih berada di bawah target pemerintah tak bisa dilepaskan dari peranan Menteri Keuangan, Sri Mulyani yang belum memiliki ide cemerlang guna menaikkan pertumbuhan di atas 5 persen.
Menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pro Demokrasi (Prodem), Satyo Purwanto, Menkeu dua periode itu sangat minum melakukan terobosan. Kebijakan yang diambil pun konvensional dan cenderung neoliberalisme garis keras.
"Sri Mulyani minim terobosan, kebijakannya konvensional cenderung text book dan penganut mazhab neoliberalisme garis keras. Sudah pasti APBN berdarah-darah, ekonomi tidak bergerak," ucap Satyo Purwanto, Minggu (9/2).
Dari kacamata Satyo, Sri Mulyani membuat negara seolah-olah menjadi copet uang rakyat lantaran memangkas subsidi serta meninggikan pajak maupun menaikan harga kebutuhan rakyat Indonesia.
"Negara jadi tukang 'copet' dompet rakyat dengan modus kenaikan harga barang dan jasa, sehingga dalam akumulasinya melemahkan daya beli rakyat," tegas Satyo.
Padahal kata Satyo, pemasukan negara terbesar berada pada sektor konsumsi, pajak dan utang. Oleh karenanya, ia tak heran bila pertumbuhan ekonomi saat ini di bawah lima persen. Hal tersebut diakibatkan tim ekonomi Kabinet Jokowi saat ini lebih payah di banding periode sebelumnya.
"Tim ekonomi kabinet Jokowi lebih payah dari periode sebelumnya, tidak heran target pertumbuhan 5 persen pun akan gagal," pungkasnya. (*)