GELORA.CO - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, mengecam kekerasan komunal di negara India dengan menyebut umat Islam di sana dibantai. Kekerasan itu membuat pemerintah India menuai kecaman internasional karena gagal melindungi minoritas Muslim.
Diketahui, jumlah korban tewas dalam konflik umat Muslim dan Hindu di India bertambah dari 38 menjadi 42 orang. Angka kematian terbaru itu dilaporkan media-media setempat, Sabtu (29/2/2020).
Polisi India mengklaim telah menangkap 514 orang karena kekerasan agama yang mematikan di Ibu Kota India, New Delhi. Menurut sebuah dokumen yang dilihat oleh AFP, para korban tak hanya dari komunitas Muslim, tapi juga dari komunitas Hindu.
Presiden Erdogan, yang selama ini mencitrakan dirinya sebagai pembela umat Islam, mengecam keras kerusuhan komunal di India.
"India sekarang telah menjadi negara di mana pembantaian tersebar luas. Pembantaian apa? Pembantaian umat Islam. Oleh siapa? Orang Hindu," tutur Erdogan dalam pidatonya di Ankara kemarin.
Erdogan menuduh gerombolan massa menyerang Muslim dan melukai anak-anak yang belajar di pusat-pusat pembelajaran pribadi dengan tongkat logam seolah-olah akan membunuh mereka.
“Bagaimana orang-orang ini memungkinkan perdamaian global? Itu tidak mungkin. Ketika berpidato—karena mereka memiliki populasi yang besar—mereka mengatakan 'kami kuat' tapi itu bukan kekuatan," jelas Erdogan.
Berdasarkan informasi, konflik antara kelompok Muslim dan Hindu itu bermula dari protes damai kelompok Muslim terhadap Citizen Amandement Act (CAA) atau Undang-Undang Perubahan Kewarganegaraan. Protes damai kelompok Muslim penentang CAA berubah menjadi kerusuhan ketika kelompok Hindu garis keras pendukung CAA menyerang demonstran Muslim dan membakar Masjid Ashok Nagar di New Delhi. (rm)