GELORA.CO - Otoritas Kesehatan China telah mengeluarkan penelitian omnibus tentang lebih dari 70.000 kasus yang terkonfirmasi atau kasus dugaan virus Corona.
Hasil studi menunjukkan, epidemi virus corona menurun minggu lalu.
Namun, penulis penelitian tersebut memperingatkan bahwa infeksi virus Corona dapat melonjak setelah orang-orang kembali bekerja dari libur Tahun Baru Imlek.
Penelitian ini diterbitkan pada Senin (17/2/2020), oleh Pusat Pengendalaian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC).
Penelitian ini mencakup seluruh kasus yang tercatat dalam Sistem Informasi Penyakit Menular hingga 11 Februari 2020.
Cakupan menjadikannya studi terluas untuk kasus wabah virus corona yang kini dikenal dengan nama COVID-19.
Mengutip South China Morning Post (SCMP), Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dirinya tetap waspada meskipun hasil penemuan dalam penelitian tersebut cenderung positif.
"Tren ini harus diinterpretasikan dengan sangat hati-hati."
"Tren dapat berubah seiring dengan populasi baru yang terdampak," kata Tedros.
Dilaporkan, para ahli di China telah melakukan uji klinis untuk sebuah obat yang dirasa cukup efektif untuk menangkal virus Corona.
Obat virus Corona tersebut bernama Chloroquine Phosphate atau obat antimalaria.
Berdasarkan hasil uji klinis, Chloroquine Phosphate yang merupakan obat antimalaria, memiliki efek kuratif tertentu pada virus Corona terbaru, Covid-19.
Hal ini juga disampaikan oleh seorang pejabat di China, Senin (17/2/2020) lalu.
Melansir dari Xinhua, menurut Sun Yanrong selaku wakil kepala Pusat Nasional Nasional Pengembangan Bioteknologi di bawah Kementerian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dalam konferensi pers mengatakan bahwa para ilmuwan menyarankan bahwa Chloroquine bisa diterapkan dalam uji klinis yang lebih luas sesegera mungkin.
Sun Yanrong menjelaskan, Chloroquine Phosphate yang telah digunakan selama lebih dari 70 tahun, dipilih dari puluhan ribu obat yang ada setelah beberapa putaran skrining uji coba.
Menurutnya, obat tersebut telah dalam uji klinis di lebih dari 10 rumah sakit di Beijing, serta di Provinsi Guangdong, China Selatan, dan Provinsi Hunan, China Tengah.
Hasilnya menunjukkan kemanjuran yang cukup baik.
"Pasien yang menggunakan obat juga membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk pulih," tutur Sun Yanrong kepada Xinhua.
Sun Yanrong memberi contoh seorang pasien berusia 54 tahun di Beijing, yang dirawat di rumah sakit 4 hari setelah menunjukkan gejala virus Corona.
Setelah minum obat selama seminggu, ia melihat semua indikator membaik dan asam nukleat berubah negatif.
Chloroquine di Indonesia
Dikutip dari hellosehat.com, Chloroquine adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati malaria.
Parasit penyebab malaria masuk melalui gigitan nyamuk dan kemudian menetap dalam jaringan tubuh, seperti sel darah merah atau hati.
Obat ini tergolong sebagai obat antimalaria yang berfungsi untuk mematikan parasit yang menetap dalam sel darah merah.
Chloroquine perlu dikombinasi karena obat pendamping bertugas untuk mematikan parasit yang berkembang biak di jaringan tubuh lainnya.
Keduanya mungkin diperlukan demi mencapai kesembuhan yang optimal sekaligus untuk mencegah kembalinya infeksi (relaps).
Di Indonesia, malaria merupakan penyakit endemis, terutama di Maluku, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Papua, Papua Barat, serta di sebagian wilayah Kalimantan dan Sumatra.
Oleh karena itu, orang-orang yang akan bepergian ke daerah tersebut dianjurkan untuk mengonsumsi obat antimalaria.
Dikutip dari alodokter.com, Chloroquine hanya dikonsumsi seminggu sekali, dan dapat digunakan oleh anak-anak serta ibu hamil di semua trimester.
Chloroquine diminum 1-2 minggu sebelum bepergian hingga 4 minggu setelah pulang. (wk)