GELORA.CO - Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, Komisaris Jenderal Polisi Listyo Sigit, mengingatkan jajarannya untuk mewaspadai keberadaan kelompok anti Pancasila jelang Pilkada Serentak 2020. Hal itu disampaikan dalam kegiatan 'Pelatihan Penanganan Tindak Pidana Pemilihan dan Sistem Laporan
Sentra Penegakan Hukum Terpadu atau Gakkumdu Pemilihan 2020'.
"Saya ingatkan jangan biarkan kelompok tertentu yang ideologinya bertentangan dengan Pancasila memanfaatkan momen pilkada," kata Listyo di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis, 27 Februari 2020.
Menurut Listyo, hal itu menjadi salah satu bagian dari kerawanan pemilu. Dia kemudian merunut kemunculan kelompok anti Pancasila yang menunggangi berbagai gerakan saat bergulirnya kasus penistaan agama yang menjerat mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Belakangan sejak 2017 itu muncul isu SARA, isu penistaan agama yang menonjol di 2017, di Pilkada DKI. Kemudian dikelola, sehingga muncul gerakan 411, 212, dan seterusnya," katanya.
Menurut Listyo, kelompok anti Pancasila turut berupaya mengambil kesempatan pada 2018 yang merupakan momen jelang Pilpres 2019. Salah satunya dengan beragam penyebaran berita bohong alias hoaks.
"Di 2018 muncul black campaign, penggunaan hoaks, muncul juga kelompok yang bergerak di medsos MCA. Penggunaan ini semakin marak, isu-isu yang digunakan terkait masalah asing, masalah China," kata Listyo.
Tidak berhenti di situ, pada 2019 mulai diwarnai konflik antar kelompok masyarakat yang dikipasi lewat berbagai informasi bernada provokatif. Seperti konflik di asrama Papua Surabaya yang merembet hingga ke Tanah Papua.
"Kemudian ditambah dengan Revisi UU KPK, itu juga memunculkan konflik SARA. Yang menarik adalah, di setiap isu tersebut ada kelompok tertentu yang selalu ambil bagian. Kelompok ini yang tidak sutuju dengan ideologi Pancasila," ujarnya.
Listyo menyatakan, kelompok anti Pancasila kini tenggelam pasca Pilpres 2019 lantaran seluruh kubu baik nasionalis dan agamis telah bersatu. Namun, meski kalangan elit tampak akur, polarisasi akar rumput masih terasa dan mudah tersulut lewat aksi saling ejek di media sosial.
"Kelompok ini berusaha mencari hidup. Ini yang perlu kita waspadai," kata Listyo.(vn)