GELORA.CO - Calon ketua umum (PAN) Asman Abnur mengaku selalu menjunjung etika politik, termasuk sebagai kader PAN. Ia mengingat saat mundur dari menteri PAN-RB di kabinet periode pertama Jokowi.
"Yang pasti godaan politik sangat tinggi untuk selalu ingin berkuasa. Tapi saya menyadari bahwa saya menjadi menteri saat itu karena usulan PAN. Mana secara etika politik, bila PAN di Pilpres tidak lagi mendukung Presiden Jokowi, tidak elok kalau saya tetap berada di sana," ucap Asman kepada detikcom, Sabtu (8/2/2020).
Sebagai kader, kata Asman, dirinya tidak boleh meninggalkan partai. Maka sejak mundur dari kursi menteri tersebut, ia membangun lagi karier politik dari awal dan menurutnya itu sudah jadi hal yang lumrah.
Sebagai kader, saya tidak boleh meninggalkan partai. Maka pasca mundur dari menteri, saya membangun lagi karier di politik. Itu hal yang biasa dalam hidup, karena jabatan bukan segala-galanya," ucap Asman.
"Saat itu bisa saja saya tetap di kursi menteri, namun atas kesadaran pribadi, saya memutuskan yang terbaik bagi saya adalah mundur. Demi menjunjung etika politik dan agar tidak menjadi beban bagi Presiden," imbuhnya.
Seperti diketahui, kongres PAN yang digelar di Kendari, Sulawesi Tenggara tinggal menghitung hari, yaitu pada 10-12 Februari dan pendaftaran caketum mulai dibuka hari ini. Salah satu agenda kongres ialah pemilihan ketua umum PAN periode 2020-2025.
Sampai saat ini, bursa kandidat menuju PAN-1 ini diisi oleh empat nama caketum yang muncul, antara lain petahana Zulkifli Hasan, Mulfachri Harahap yang didukung Amien Rais, Asman Abnur yang didukung Hatta Rajasa, dan Dradjad Wibowo.(dtk)