GELORA.CO - Seorang bioengineer JJ Hastings bersama perancang busana Pia Interlandi sedang menjalankan sebuah proyek mengenai kematian manusia saat mereka melakukan perjalanan ke Planet Mars atau Bulan. Proyek ini berupa kain kafan atau pakaian ritual kematian dan daur ulang manusia di luar Bumi.
Proyek ini bertujuan untuk mengkonseptualisasikan proses kematian dan berduka di Planet Mars dengan cara yang sejalan dengan hak asasi manusia (HAM). Karena sebelumnya jika ada yang meninggal dunia di luar angkasa, maka jenazahnya akan dilempar keluar pesawat luar angkasa melalui pintu khusus atau airlock.
Dikutip dari situs Space, Sabtu, 8 Februari 2020, hal ini tentu menjadi perhatian, karena manusia yang meninggal dunia di Bumi akan menjalani prosesi rangkaian kematian, seperti dikubur atau dikremasi.
Hastings dan Interlandi akan menyusun ritual kematian di planet merah, karena ke depannya akan banyak manusia yang tinggal dalam waktu lama di Planet Mars atau Bulan.
Kain kafan yang akan digunakan jenazah itu telah diuji coba saat misi Sensoria I di wilayah Planet Mars tiruan. Sepanjang misi, salah satu peserta tidur di atas sarung bantal dengan tulisan "Setelah kematian saya, ini semua yang akan Anda butuhkan". Di dalam sarung bantalnya ada potongan pakaian untuk jenazah.
Konsep ini sebenarnya untuk menghemat ruang sehingga para astronot akan terus membawanya dan tidak mengganggu hal-hal lainnya. Kain kafan itu memiliki empat lapis dan 100 persen diklaim dapat terurai sehingga tubuh juga akan dapat terurai dengan lebih mudah tanpa limbah tambahan.
Potongan-potongan kain kafan juga sengaja dibuat mudah untuk dikenakan pada tubuh mayat yang kaku. Materialnya terbuat dari sutra karena akan terasa nyaman, ringan serta terbuat dari protein ulat sutra. Artinya, saat proses daur ulang manusia, pakaian itu juga akan dapat diproses bersama tubuh manusia.
[vv]