GELORA.CO - Pendeta dari Gereja Kristen Pasundan (GKP) Pdt Hariman A Pattianakotta yang akrab disapa Harley meminta Presiden Joko Widodo mempertimbangkan kembali agar menerima kepulangan sebanyak 600 orang Indonesia yang merupakan eks Kombatan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Timur Tengah untuk kembali ke Tanah Air.
Dia berharap, ada upaya yang serius dengan sentuhan kemanusiaan, untuk membina kembali saudara-saudara sesama Orang Indonesia itu di Tanah Air.
“Untuk Presiden Joko Widodo. Pak Presiden, saya tahu, teroris juga manusia. Seburuk-buruknya teroris, mereka tetap manusia. Mereka punya biografi. Mereka memiliki sejarah. Mereka mempunyai nama. Apakah Allah mengasihi mereka? Atau, dalam konteks Kristen, apakah Yesus Kristus juga mati dan bangkit bagi mereka? Ya, saya meyakini itu. Yesus datang untuk mereka yang sakit, bukan yang sehat, itu kesaksian-Nya,” tutur Pendeta Hariman A Pattianakotta dalam curhat-nya yang diterima redaksi.
Pendeta Harley mengibaratkan, jika memakai kategori sakit, maka sebagai orang sakit, teroris harus disembuhkan terlebih dahulu.
Penyakit teroris terakumulasi dalam sejarah panjang dan membentuk biografi mereka. Sejarah biografis ini yang harus diurai melalui program pengobatan dan terapi khusus, sebelum mereka kembali ke dalam kehidupan masyarakat.
“Sehingga tidak menimbulkan penularan, keresahan, instabilitas, bahkan perpecahan,” lanjutnya.
Pak Presiden, lanjut Pendeta Harley, wacana pemulangan anggota ISIS yang dulu berpaspor Indonesia yang digulirkan oleh Menteri Agama saja sudah menimbulkan keresahan dan pro-kontra.
Dan, wajar saja kalau masyarakat resah. Potret kekerasan teroris ISIS telah menimbulkan kengerian global. Jazirah Arab porak-poranda. Sampai-sampai mereka (ISIS) disebut sisa peradaban Arab.
Pada sisi lain, secara nasional, Indonesia pun sedang ketar-ketir dengan fundamentalisme-radikalisme agama yang tumbuh subur pasca Reformasi. Kekerasan atas nama agama terjadi di mana-mana, khususnya di pulau Jawa dan Sumatera. Yang kemudian berdampak luas ke seantero Indonesia.
“Karena itu, pantas saja jika terjadi gelombang protes atas wacana Menteri Agama memulangkan eks warga Indonesia yang sudah menjadi bagian dari teroris ISIS,” tuturnya.
“Pak Presiden, saya sependapat dengan Bapak, untuk tidak memunglangkan teroris ISIS ke Indonesia. Pendapat bapak itu adalah keputusan tepat untuk saat ini. Bapak dan jajaran kementerian mesti fokus pada upaya deradikalisasi di dalam negeri,” katanya lagi.
Selanjutnya, ISIS sudah menjadi isu global. Karena itu, perlu ditangani secara global dengan langkah-langkah yang sistematis dan terukur, dan dilakukan oleh bebagai pihak yang berkepentingan, dan di situ pemerintah RI dapat berkontribusi.
“Pak Jokowi, seperti yang sudah saya katakan, teroris juga manusia. Apalagi, untuk anak-anak yang masih kecil dan di bawah umur. Mereka masih punya masa depan. Akan tetapi, menangani teroris dan keluarganya tidak bisa dibilang asal insaf, maka kita terima kepulangan mereka, seperti yang dikatakan Kang Emil, Gubernur Jabar,” ujar Harley.
Proses menjadi insaf dan sembuh dari terorisme itu panjang. Mereka mesti diisolasi, diproses, disaring, dicuci otak sampai benar-benar pulih. Pemerintah RI tidak boleh bertindak genit dan sentimentil lalu pada akhirnya Indonesia semakin sulit.
Pendeta Harley melanjutkan, Pak Presiden, sampaikan kepada menteri bapak, tidak perlu pikirkan lapangan kerja untuk teroris yang mau dipulangkan. Pikirkan dulu lapangan kerja buat warga negara yang setia mencintai Indonesia lahir dan batin.
“Khusus untuk menteri agama yang bapak angkat, arahkan supaya selesaikan dulu persoalan penutupan rumah-rumah ibadat yang masih terus terjadi. Jangan memakai isu agama untuk meresahkan kondisi bangsa dengan wacana pemulangan teroris. Jangan hanya cepat tanggap untuk isu satu kelompok agama tertentu, lalu abai dengan kelompok agama lain,” imbuhnya.
“Pak Presiden, semoga bapak tetap sehat dan tidak terpancing dengan ketidakwarasan yang mengitari bapak. Doa dan harapan kami, bapak bisa membawa bangsa ini lebih maju, lebih adil, dan lebih demokratis. Salam, Pdt Hariman A Pattianakotta,” tutupnya. [ljc]