SIKAP penulis selama adanya banjir: sejak lahir di Jakarta ini, yang saya kenal dan alami namanya banjir, saya tidak pernah menuding atau menyalahkan apalagi sampai memfitnah baik Gubernur Sutiyoso, Foke, Jokowi, Ahok hingga Anies. Tidak pernah.
Sikap diatas saya sampaikan karena sangat mengerti bahwa tidak ada satupun diantara mereka yang merasa senang membuat warganya menderita oleh sebab kebanjiran. Jadi jelas siapa yang terkena dan tidak itu hanya pilihan dimana kebetulan kita diwilayah yang terimbas bencana itu.
Lagipula kalau diperhatikan banjir yang dialami berbagai warga kota negara lain-lainnya, tidak ada tudingan kepada walikota atau gubernurnya, kecuali protes bila penyebabnya ada unsur kelalaian. Itupun kepada kepala tugas setempat.
Tetapi saat ini banjir Jakarta sering menjadi bahan caci maki atau sinisme yang lebih disebabkan sentimen politik ketimbang logika penyebab banjir dibeberapa titik itu.
Bukti paling nyata adalah ketika para 'hater' 'buzzer lawan' menuding-nuding Anies terkait banjir tanpa sadar data pembanding dan menjadi malu ketika ternyata era Anies komparasinya lebih kecil dengan era sebelumnya.
Di sisi lain adalah kasus lokal terkait pintu air yang ternyata tidak dibuka sebagaimana protap, seperti terjadi di kawasan Green Garden. Hal ini teratasi karena peranan seorang anggota DPRD yang ke lokasi setelah mendapat laporan warga.
Jadi kejadian lokal setempat dan bukti konkrit kerja jajaran pemprov DKI terhadap antisipasi banjir memang tidak terpublikasi secara proposional.
Benih kebencian dapat disebar melalui kejadian apa saja terhadap seorang publik figur apalagi Gubernur Anies terpilih diluar dugaan pendukung lawannya.
Bila sudah demikian maka barometer tolok ukur berdasarkan data realpun tidak berarti bagi mereka.
Jakarta sedang dirundung hujan lebat berjam-jam dan terakhir hanya selang rehat sehari buat korban yang terkena. Semoga ini kali terakhir dimusim hujan ini.
Buat warga yang terkena selain pasrah dan berbenah tentu lebih paham yang terjadi dilingkungannya, tetapi yang tidak mengalami hendaknya lebih bersyukur serta bantu menyemangati.
Tidak berguna pula banjir dijadikan ajang hujatan kepada pribadi Gubernurnya apalagi sampai merubah kewarasan karena terkena hasut sementara banjir itu sendiri bahkan sudah surut.
Adian Radiatus
Penulis adalah pemerhati permasalahan perkotaan
(*)