GELORA.CO - Arief Poyuono mengungkap alasannya memilih bergabung dengan Partai Gerindra dibanding PDI Perjuangan, meskipun dia mengklaim sangat dekat dengan partai yang kini dipimpin Megawati Soekarnoputri.
Arief punya alasan memilih berpolitik lewat Gerindra dengan posisi sebagai wakil ketua umum Gerindra.
Padahal, ayahnya, Joko Sanjoyo merupakan seorang politikus Partai Demokrasi Indonesia (PDI) -kini PDI Perjuangan.
"Saya banyak diajarkan politik juga dari ayah saya. Ayah saya seorang politikus dari PDI, PNI dan mantan aktivis. Pernah dipenjara di era orde baru bersama Taufik Kiemas," ujar Arief dalam program NGOMPOL (Ngobrol Politik) JPNN.com, beberapa hari lalu.
Dalam posisi inilah pria kelahiran Purbalingga, Jawa Tengah ini merasa sangat dekat dengan PDI Perjuangan. Terlebih sang ayah merupakan murid politiknya Proklamator RI Bung Karno.
"Sangat dekat (dengan PDI-P). Karena ayah saya kader langsungnya Bung Karno. Seorang mahasiswa di UI harus keluar karena jatuhnya Soekarno, dan ditangkap," jelas Arief.
Lantas kenapa pilihan Arief jatuh pada Gerindra? Ketua umum Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu ini pun blakblakan dia sebetulnya terpincut pada Prabowo Subianto, ketua dewan pembina sekaligus pimpinan partai berlambang burung garuda itu.
"Waktu itu saya melihat Prabowo sosok yang memang cocok memimpin Indonesia dengan berbagai latar belakang dia. Saya melihat Prabowo itu adalah the real leader of Indonesia. Walaupun dalam tiga kali pilpres dia harus kalah," ungkap Arief.
Tokoh buruh yang sejak usia 9 tahun sudah dipaksa ayahnya membaca buku karangan Bung Karno; Di Bawah Bendera Revolusi, itu juga sempat bercerita awal mula didorong masuk Gerindra oleh adik Presiden kedua RI Soeharto, Probo Sutedjo.
"Pada waktu itu Gerindra kan berdiri sekitar tahun 2008, saya ditelepon oleh adiknya Pak Harto, Probo Sutedjo. Pak Probo bilang, Rief kamu bantu Pak Prabowo. Kamu bergabunglah dengan Gerindra. Kamu dengan Mas Tanto (Tanto Probosutedjo) putranya Probo Sutedjo bergabung dengan Gerindra," tutur Arief.
Namun demikian, dia mengaku sudah mengenal Prabowo sejak menjabat Komandan Jenderal Korps Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD. Saat itu Arief masih bekerja di maskapai Merpati Nusantara.
"Saya kenal dengan Prabowo sejak Prabowo jadi Danjen Kopassus. Saat itu saya masih bekerja di PT Merpati Nusantara. Saya mantan pramugara. Saya pensiun dari Merpati tahun 2014 ketika Merpati bangkrut," tambahnya.(*)