Tipu-Tipu Keraton Agung Sejagat

Tipu-Tipu Keraton Agung Sejagat

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

TERNYATA status Raja dan Ratu masih memikat hati. Buktinya, masih saja ada kedok tipu-tipu menggunakan latar kerjaan dan prasasti sejarah yang diklaim berharga. Adalah Toto Santoso dan Fanny Aminadia mengaku mereka adalah Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat. Seperti diketahui, Toto Santoso dan Fani Aminadia ditangkap Polda Jawa Tengah pada Selasa (14/1).

Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Pol Iskandar Sutisna menjelaskan, dari hasil penelusuran, polisi menemukan semua dokumen identitas yang dibuat di Keraton Agung Sejagat adalah palsu. Bahkan penetapan raja dan ratu dilakukan sendiri.

"Semua dokumen palsu dibuat sendiri dicetak sendiri. Yang menentukan raja dan ratu juga dari mereka sendiri. Atribut seragam dirancang sendiri oleh permaisuri," kata Iskandar di Mapolda Jateng, Rabu (15/1/2020).

Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat mengantongi dana sebesar Rp 1 miliar dari 10 tabungan. Walaupun keraton tersebut didirikan oleh Toto Santoso, sistem keuangan keraton tersebut dipegang langsung oleh Sang Ratu, Fanny Aminadia.

Sumber dana itu berasal dari setoran dan tarikan uang pendaftaran para pengikut Keraton Agung Sejagat. Mereka dijanjikan jabatan dan gaji tinggi. Belakangan diketahui, Toto dan Fanny bukanlah sepasang suami istri sebagaimana status Raja dan Ratu Keraton. Fanny hanyalah teman wanita Toto.

Di zaman yang serba canggih, ada saja model penipuan semacam ini. Memanfaatkan latar sejarah untuk meraup keuntungan pribadi.

Anehnya, masyarakat pun terhipnotis dengan gaya penipuan ala Keraton ini. Buktinya diantara pengikut Keraton Agung Sejagat, ada nama mantan anggota DPR. Benar-benar pintar dan lihai. Hanya dengan iming-iming jabatan dan gaji besar, masyarakat terbuai oleh 'Kerajaan Keraton' khayalan mereka.

Praktik-praktik penipuan memang kian beragam. Dari investasi bodong ala syariah hingga kerajaan ala keraton. Masih teringat modus penipuan dengan kemampuan menggandakan uang yang dipraktikkan seorang Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

Ia bertingkah sebagai pimpinan dan pengasuh padepokan 'Dimas Kanjeng' yang memiliki banyak 'santri'. Para santri itu diharuskan membayar uang mahar dan akan dikembalikan dalam jumlah yang berkali lipat.

Ya, memang hidup di alam kapitalis menuntut seseorang harus bertahan hidup. Baik dilakukan dengan cara halal ataupun haram. Yang penting kebutuhan terpenuhi, hidup tak susah mikir makan lagi. Tak aneh bila banyak yang mengambil jalan pintas dengan melakukan penipuan hingga pembunuhan demi mendapat harta sebanyak-banyaknya.

Di sisi lain, kehidupan sekuler yang jauh dari agama membuat iman makin menipis. Iman tak lagi dijadikan sebagai standar amal. Boro-boro mikir iman, untuk sekadar menjadi manusia beradab dan manusiawi saja sangatlah susah. Hanya gegara berebut harta, seseorang bisa tega membunuh ayah atau ibu kandungnya. Perselisihan antar keluarga karena masalah warisan juga kerap kita jumpai. Bahkan tak jarang mereka menaruh dendam hingga melakukan hal-hal yang dilarang agama.

Tukang tipu di zaman kapitalis tengah menjamur bak musim hujan. Baik penipu kelas mini hingga high quality. Penipu kelas mini ini biasanya berkeliaran di kehidupan rakyat jelata. Seperti yang dilakukan Toto dan teman wanitanya. Sementara penipu hiqh quality banyak bersarang di lingkungan istana dan gedung kura-kura.

Katanya tak akan menyengsarakan rakyat, nyatanya malah membebani rakyat dengan kebijakan yang tidak pro rakyat. Katanya janji menyejahterakan, faktanya kebijakannya menyengsarakan. Katanya pro rakyat, eh malah pro penjajah. Katanya NKRI harga mati, tapi membiarkan asing menguasai kekayaan alam negeri.

Penipu hiqh quality ini aksinya tak kentara, namun dampaknya luar biasa. Penipu hiqh quality ini wajahnya mungkin merakyat, tapi kebijakannya bejat. Penipu jenis ini justru lebih berbahaya. Manis di lisan, pahit dalam kebijakan. Berhati-hatilah penipuan berkedok atas nama rakyat. Mengaku cinta rakyat, tapi mengkhianati mereka. Semoga Allah jaga kita dari pemimpin tipu-tipu.
Chusnatul Jannah
Akktivis Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban.
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita