Orang Asing Dievakuasi dari Wuhan, WNI: Kami Tidak Mau Mati di Sini

Orang Asing Dievakuasi dari Wuhan, WNI: Kami Tidak Mau Mati di Sini

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Sejumlah warga Indonesia dari lebih 240 WNI di kota itu menyatakan khawatir dan meminta pemerintah membantu mereka keluar dari Wuhan.

Jumlah korban meninggal mencapai 132 orang sementara yang terjangkit juga semakin bertambah dan mencapai lebih dari 9.000 orang.

Australia merencanakan untuk mengkarantina warga mereka yang dipulangkan ke Pulau Christmas sekitar 2.000 km dari daratan Australia.

Jepang, Amerika Serikat dan Uni Eropa juga melakukan repatriasi warga mereka.

Maskapai Inggris, British Airways menghentikan semua penerbangan ke dan dari China. Kementerian Luar Negeri Inggris Inggris memperingatkan warga untuk menghindari perjalanan yang tak perlu ke China.

Penerbangan lain termasuk Lion Air, salah satu maskapai terbesar di Asia, menghentikan penerbangan. Begitu juga dengan penerbangan Amerika, United Airlines dan Cathay Pacific.

Presiden China Xi Jinping menyebut virus corona "setan" namun mengatakan China akan meredam virus itu.

Komisi Kesehatan China mengatakan puncak wabah akan terjadi 10 hari lagi.

WNI di Wuhan, "Kami tidak mau mati di sini"

Sementara itu, Warga Negara Indonesia yang berada di Wuhan mendesak pemerintah untuk segera mengevakuasi mereka karena jumlah korban meninggal akibat virus corona atau 2019-nCoV terus meningkat.

Pemerintah membuka opsi dilakukan evakuasi. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) telah menyiapkan tiga pesawat angkut untuk mengevakuasi mereka.

Korban meninggal mencapai 106 orang di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, dan total 132 di seluruh daratan China. Lebih dari 5.974 orang yang terinfeksi.

Jumlah yang terjangkit mencapai lebih dari 9.000 orang, melebihi kasus Sars pada 2003 yang saat itu mencapai 8.000 orang, menurut Badan Kesehatan Dunia, WHO.

Jumlah kasus yang terus meningkat menyebabkan Khoirul, WNI yang tengah menempuh studi di Huazhong University of Science and Technology, Wuhan, merasa takut akan terinfeksi virus corona.

"Evakuasi (kami) segera mungkin. Kami tidak mau mati di sini, karena mengerikan sekali. Tiap hari naik terus yang meninggal, 106 orang itu bukan angka kecil," kata Khoirul saat dihubungi BBC Indonesia, Rabu, (29/01).

Khoirul yang merupakan ketua ranting perkumpulan mahasiswa di kampus Huazhong mengungkapkan, saat ini, sudah ada mahasiswa di kampusnya yang berasal dari Pakistan terduga terjangkit virus corona.

Bahkan, ujarnya, ia dan terduga tinggal di gedung apartemen yang sama.

"Iya, mahasiswa pertama (Pakistan) di apartemen kami. Bisa dibayangkan, lift apartemen kita gunakan bersama-sama," katanya.

Selain itu, Khoirul mengatakan telah mendapatkan bantuan uang tunai dari pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di China sekitar Rp500.000 untuk memenuhi kebutuhan hidup satu minggu ke depan.

"Teman-teman mengirit-irit, untuk beli roti, dan lainnya, dan cukup. Tapi sebenarnya untuk gizi masih kurang. Kalau imun lemah, makanan tidak terjaga, potensi besar terjangkit virus ini," katanya.

"Kita mau tidak mau, (kalau) mau makan sekarang harus ke pasar dan masak sendiri karena kantin masih tutup. Di pasar kita pasti berinteraksi dengan orang lokal."

Khoirul mengatakan terdapat 37 WNI yang belajar di Huazhong University Science and Technology. Dari jumlah tersebut, terdapat 12 orang yang terkurung di Wuhan.

KBRI juga, ujar Khoirul, telah mengirimkan masker untuk WNI di Wuhan, namun hingga kini mereka belum menerima masker.

Mahasiswa lain, Yuliannova Chaniago, juga meminta agar seluruh WNI di Wuhan segera dievakuasi.

"Kami disuruh (KBRI) melakukan tindakan pencegahan agar tidak terserang virus, tapi bagaimana kami memastikan tidak terserang virus jika kami sendiri ada disarang virus itu?" keluh Yuli kepada BBC Indonesia.

Yuli saat ini sedang menjalani pendidikan doktoral dalam bidang Hubungan Internasional di Central China Normal University di Kota Wuhan.

Yuli mengungkapkan ia dan sekitar 101 WNI lain di Kota Wuhan telah menerima bantuan dana dari Kementerian Luar Negeri Indonesia (Kemlu) untuk kebutuhan logistik.(*)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita