GELORA.CO - Sebuah video seorang kakek di jalanan di kawasan Sentul City, Babakan Madang, Kabupaten Bogor, viral di media sosial. Kakek bernama Y Ajar Rusmin (70) ini disangka pengemis modus perampokan.
Video tersebut beredar di grup-grup aplikasi percakapan WhatsApp. "Kalau ke Sentul, ada kakek-kakek nunduk jangan ditolongin, ini modus perampokan," demikian narasi yang tersebar bersama video viral itu.
"Ini kejadiannya sudah sering di Sentul City bukan sekali dua kali, lebih beberapa kali. Orang ini muncul hanya di weekend atau hari-hari libur besar. Nih ya, ni kalau ketemu di Sentul City ini nggak usah dibantu. Nggak usah dibantu, karena ini modus. Modus...modus. Biasanya dia cuma minta diantar, tapi ujung-ujungnya cuma minta uang. Di ujung tongkatnya itu penuh dengan paku," tutur wanita dalam video tersebut.
Wanita tersebut menuding Rusmin berpura-pura buta. Sambil menekankan kembali agar warga tidak perlu menolongnya. "Pokoknya kalau ketemu orang seperti itu di Sentul City, tidak usah dibantu. Dia biasanya lebih nekat jalan ke tengah jalan pura-pura buta. Kita nggak pernah tahu dia didampingi oleh siapa," kata wanita itu lagi.
Video viral itu membuat pihak kepolisian turun tangan. Hasil penelusuran kepolisian, ditemukan fakta bahwa si kakek tersebut memang buta, namun tidak pernah punya niat untuk berbuat jahat apalagi merampok. Rusmin adalah warga Kampung Garungsang, Bojong Koneng, Babakan Madang, Kabupaten Bogor.
"Yang bersangkutan menjadi pengemis sejak tahun 2004 dengan kondisi mata sudah tidak melihat," kata Kombes M Joni dalam keterangan kepada detikcom, Rabu (29/1/2020).
Dalam kesempatan itu, polisi juga menemukan tongkat yang sehari-hari digunakan Rusmin. Rusmin punya alasan sendiri mengapa tongkatnya itu dipasangi paku-paku.
"Penjelasan tongkat berpaku yang digunakan, karena jalan arah rumahnya becek dan tidak ada niat untuk melakukan tindakan kriminal maupun mencelakai orang," tutur Joni.
Sementara tongkat berpaku milik Kakek Rusmin telah diganti oleh pihak Sentul City dengan tongkat dari bahan rotan.
Tidak hanya kepolisian, pihak Kecamatan Babakan Madang juga turun tangan. Camat Babakan Madang, Cecep Imam, turun langsung menemui Rusmin dan melakukan asesmen di rumahnya pada Rabu (29/1) siang.
Tadi dari Muspika sudah turun ke sana dan menemui Pak Rusmin, ternyata kondisinya memang tergolong miskin," kata Cecep saat dihubungi detikcom, Rabu (29/1/2020).
Rusmin tinggal di rumahnya yang berukuran sekitar 4x5 meter. Rumah itu pun merupakan rumah bantuan dari pemerintah. Rusmin memiliki seorang istri dan 2 anak yang sudah dewasa. Kedua anaknya sudah berkeluarga.
"Cuma yang laki-laki itu tinggal di situ juga sama istri dan 2 anaknya. Jadi di rumah itu ada 6 orang. Kalau anaknya yang perempuan tinggal sama suaminya di Cilebut," tutur Cecep.
Cecep mengatakan Rusmin adalah tulang punggung keluarga. Anak lelakinya hanya bekerja serabutan, sehingga tidak bisa menjamin hidup Rusmin sekeluarga.
Rusmin memang hampir setiap hari keluar dari rumah. Dia pergi pagi dan pulang sore hari untuk mencari sesuap nasi dengan mengharapkan belas kasih warga.
"Karena kondisinya memang tidak bisa melihat, sementara prinsipnya yang ada di pikirannya gimana agar punya beras. Jadi bapak itu keluar kalau beras di rumahnya sudah habis," tambahnya.
Hasil asesmen, pihak kecamatan mendapatkan fakta bahwa Rusmin memang tergolong ke dalam kondisi ekonomi lemah. Untuk itu, Cecep memastikan selanjutnya Rusmin akan mencapatkan bantuan non-tunai tiap bulan dari pemerintah setempat.
Bantuan non-tunai berupa beras dan telur tiap bulan, tadi sudah langsung diarahkan," tutur Cecep.
Pihak kecamatan juga akan menindaklanjuti jaminan kesehatan bagi Rusmin. Rusmin dipastikan akan mendapatkan jaminan kesehatan dari BPJS.
"Untuk kesehatannya ditindaklanjuti dengan BPJS PBI yang iurannya dibayar oleh pemerintah," imbuh Cecep.
Selain itu, pihak kecamatan juga melakukan perekaman e-KTP bagi Rusmin. Diketahui, Rusmin saat ini masih memegang KTP reguler. Meski menyayangkan adanya kesalahpahaman dalam video viral, namun Cecep mengambil hikmah di balik itu. Dengan begitu, pihak kecamatan mengetahui adanya warga yang perlu perhatian.
"Langkah tadi sebetulnya kita ada hal yang tidak kita tahu jadi tahu, ternyata ada masyarakat yang harus diperhatikan yang tidak terdata," ujar Cecep.
Cecep juga menyinggung soal tongkat berpaku yang dibawa Rusmin. Tongkat berpaku itu bukan untuk mencelakai orang, namun semata-mata sebagai alat bantu sekaligus pengaman ketika Rusmin berjalan di jalan bertanah yang licin.
Jadi biar nancep lah gitu, biar ada pegangan. Bagaimana dia mau berniat jahat, sementara melihat saja tidak bisa," tutur Cecep.
Dalam kesempatan itu, Cecep juga sempat menanyakan alasan Rusmin duduk di aspal jalanan yang membahayakan bagi keselamatannya. "Kenapa dia di jalan ada di situ, karena kerjanya menunggu belas kasihan orang. Katanya dia capek, dia sendiri nggak tahu dia posisi di mana namanya orang nggak bisa melihat. 'Mana saya tahu di situ', lalu dia duduk di jalan, karena pinggang sakit," tutur Cecep.
Pihak kecamatan juga mengimbau agar Rusmin tidak lagi turun ke jalan, sebab hal itu juga membahayakan keselamatan Rusmin. "Makanya tadi juga kita jelaskan 'awas Pak keselamatan Bapak, jangan sampai terulang lagi main di jalan' dan bapak itu mau nurut," tandas Cecep.(dtk)