GELORA.CO - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika atau BMKG menyatakan, cuaca ekstrem yang menyebabkan banjir di sejumlah wilayah awal tahun lalu merupakan dampak dari perubahan iklim.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, hujan yang terjadi pada akhir tahun 2019 dan awal tahun 2020 lalu merupakan curah hujan tertinggi sejak tahun 1900. Menurut dia, hal itu menunjukkan tren naiknya curah hujan yang makin lama intensitasnya makin tinggi. Dan 30 tahun terakhir, frekuensi intensitas tinggi itu makin sering. Sementara kenaikan suhu udara juga sama. Dari tahun 1960 sampai 30 tahun setelah itu, sampai di tahun 2015, ada kenaikan sekitar 1 derajat celsius.
“Menurut ilmu iklim, kenaikan itu berkorelasi dengan terjadinya perubahan iklim global. Jadi pakar di kita mengatakan bahwa kondisi sekarang ini indikasi perubahan iklim global itu terjadi. Adanya suhu yang meningkat, dan itu menyebabkan adanya hujan ekstrem sering terjadi dengan intensitas tinggi,” ujarnya.
Dia mengatakan, jika kerusakan lingkungan terus terjadi maka trennya akan naik terus.
“Sehingga kita akan sering menghadapi peristiwa seperti kemarin itu ke depan. Jadi pesannya, kalau kita tidak berubah, tidak melakukan mitigasi, akan semakin sering terjadi banjir akibat cuaca ekstrem. Dan ternyata, data kami itu korelatif dengan kejadian banjir di tiga dekade terakhir,” ujarnya menambahkan.
Menurut Dwikorita, paparan Menteri KLHK menunjukkan peta yang menggambarkan perubahan lahan di wilayah hulu Jakarta. Dan perubahannya itu ternyata sangat signifikan.
“Jadi yang dulu lahan warna hijau tertutup, dari tahun ke tahun semakin merah. Itu artinya semakin berubah, terbuka. Dan tahun mulai terjadinya itu korelatif dengan mulai seringnya cuaca ekstrim.” (*)