Iran Punya Kemampuan dan Pengalaman untuk Bikin AS Frustrasi

Iran Punya Kemampuan dan Pengalaman untuk Bikin AS Frustrasi

Gelora Media
facebook twitter whatsapp


Amerika Serikat (AS) mau menggelontorkan artileri darat? Eits, tak seperti Iraq, wilayah Iran bergunung-gunung. AS mau mengandalkan drone? Iran malah lebih dulu memanfaatkan pesawat nirawak itu. Bagaimana kalau menyerang lewat laut? Jangan lupa, yang mau diserang punya kapal-kapal selam ampuh.

Mochamad Salsabyl Adn, Jawa Pos

Sekilas, keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memprovokasi Iran dengan membunuh Mayor Jenderal Qasem Soleimani seperti mengulang skenario yang dilakukan Negeri Paman Sam itu terhadap Presiden Iraq Saddam Hussein dulu. Macam-macam, tinggal bom, lalu invasi saja.

”Perang pasti terjadi. Pertanyaannya, di mana, kapan, dan bagaimana,” ujar Charles Lister, direktur program kontra terorisme dan ekstremisme di Middle East Ins titute, seperti dilansir National Post.

Katakanlah ”Perang Dunia III” –seperti tagar yang ramai jadi perbincangan di media sosial setelah Soleimani tewas akibat serangan drone AS Jumat lalu itu (3/1)– benar terjadi, benarkah AS bakal segampang itu menggulung Iran seperti yang mereka lakukan di Iraq?

Nanti dulu. Iran bukan Iraq. Ada banyak sekali faktor pembeda. Iran merupakan negara dengan sistem pertahanan yang kuat. Negara itu juga solid dibawah Pemimpin Tertinggi Ayatul lah Ali Khamenei.

Di sisi lain, pasca-Perang Dunia II, AS sudah terlibat perang dengan empat negara: Korea Utara, Vietnam, Afghanistan, dan Iraq. Satu-satunya yang dimenangi adalah perang melawan Iraq. Perang dengan Afghanistan belum berakhir sampai kini. Perang melawan Korea Utara bisa dibilang berakhir seri. Dan, AS kalah di Vietnam.

Pertanyaannya, bagaimana AS berencana menaklukkan Iran yang wilayahnya lebih luas dari pada empat negara tersebut jika di gabung. Mengutip utas yang dipaparkan penulis, konsultan, dan pemerhati teknologi Tomi T. Ahonen di Twitter, saat menginvasi Iraq, AS dengan mudah mengerahkan artileri darat seperti tank dan roket. Mudah saja bermanuver di negara yang di penuhi padang pasir.

Masalahnya, Iran dipenuhi pegunungan. Sama dengan Afghanistan yang sampai saat ini belum bisa 100 persen ditaklukkan AS. ”Sangat mungkin AS bakal memilih serangan udara,” imbuh Bud Wichers, pakar militer Timur Tengah, kepada Jawa Pos.

Dengan drone alias pesawat nirawak supercanggih seperti Predator atau MQ-9 Reaper (yang melepaskan misil sehingga menewaskan Soleimani), AS memang bisa menyerang tanpa khawatir ada personel militer yang tewas. Namun, solusi dari udara itu tidak lantas berarti AS bisa mengakhiri perang tanpa kehilangan apa pun.

Ahonen mengingatkan, Iran adalah negara kedua setelah Israel yang menggunakan teknologi drone. Jauh sebelum AS. Bahkan, Iran adalah negara pertama yang menyematkan senjata di pesawat tanpa awak. Artinya, Iran juga bisa menyerang aset-aset AS dan sekutunya di Timur Te ngah.

”AS belum pernah berperang dengan negara yang punya teknologi drone militer. Mereka juga belum pernah berperang dengan negara pemilik kapal selam yang bisa melumpuhkan kapal induk sekalipun,” paparnya.

Memang benar, kekuatan militer Iran tak sampai setengah dari AS. Namun, AS juga tak mungkin mengerahkan semua kekuatannya untuk memerangi Iran. Teheran juga punya banyak sekutu di tingkat regional. Kebanyakan merupakan kelompok militan yang sudah lama menyu lit kan AS seperti Hiz bullah di Lebanon dan Hamas di Gaza.

Itu berarti, AS harus siap berperang di mana pun dalam wilayah Timur Tengah. Meskipun, beberapa pakar sudah menetapkan bahwa Iraq, lokasi tewasnya Soleimani, sebagai panggung perang utama. ”Saat ini tekanan bakal dirasakan militer AS yang berada di Iraq,” ujar Ales Vatanka, peneliti Middle East Institute, kepada Agence France-Presse.

Iran juga punya beberapa rencana cadangan untuk membuat AS frustrasi. Mereka bisa melakukan serangan siber ke beberapa aset AS. Termasuk, infrastruktur di dalam Negeri Paman Sam. Iran sudah membuktikan tak sungkan menyerang target rawan seperti warga sipil atau fasilitas umum.

”Yang ditakuti adalah mereka melumpuhkan jaringan listrik atau membuat kebocoran zat kimia,” ungkap Loic Guezo, kepala konsultan Clusif.

Namun, Wichers mengatakan bahwa AS pun punya solusi alternatif. Yakni, menciptakan proksi untuk memulai perang sipil. Saat ini ada kelompok pemberontak yang tidak aktif bernama Arab Struggle Movement for the Liberation of Ahvaz (ASMLA).

AS bisa saja membesarkan kelompok tersebut untuk melemahkan Iran dari dalam.

”Saat ini kekuatan mereka jelas lemah. Tapi, bisa saja mereka membesar setelah didukung AS,” jelasnya.


[jpc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita