GELORA.CO - Sejumlah ilmuwan di Australia menjadi yang pertama dalam menciptakan ulang virus corona baru di luar China. Mereka menyebutnya "terobosan signifikan".
Hasil penelitian ini akan dibagikan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan harapan dapat membantu upaya diagnosa dan menangani virus tersebut.
Para ilmuwan di China sebelumnya telah berbagi runutan genom virus corona yang baru, namun bukan virus itu sendiri.
Wabah virus corona tersebut telah menewaskan 106 orang di China dan menginfeksi lebih dari 4.500 orang.
Ada sedikitnya 47 kasus di 15 negara lain, termasuk di Thailand, Prancis, AS, dan Australia. Namun sejauh ini belum ada pasien dengan virus corona di luar China yang meninggal dunia.
Para peneliti di sebuah laboratorium khusus di Melbourne, Australia, menyatakan berhasil mengembangkan duplikat virus corona baru dari seorang pasien yang tertular. Mereka mendapatkan sampelnya pada Jumat (24/01) lalu.
"Kami merancang rencana jika ada insiden seperti ini bertahun-tahun lalu dan itu sebabnya kami bisa mendapat jawaban begitu cepat," kata Dr Mike Catton dari Peter Doherty Institute for Infection and Immunity.
Duplikat virus corona yang baru. - PETER DOHERTY INSTITUTE FOR INFECTION AND IMMUNITY |
Harapan untuk mengubah keadaan
Para dokter mengatakan duplikat virus yang ditemukan para peneliti dapat berfungsi sebagai "materi kontrol" dan "bakal mengubah keadaan untuk kepentingan diagnosis".
Berkat duplikat virus ini, para dokter bisa mengembangkan tes pra-diagnosis yang bisa mendeteksi keberadaan virus pada orang-orang yang belum menunjukkan gejala apapun.
Pihak berwenang China mengatakan virus ini—seperti flu pada umumnya—bisa menyebar selama periode inkubasi.
Namun WHO menyatakan belum jelas apakah virus yang berada pada satu orang bisa menjangkiti orang selanjutnya sebelum gejala-gejala pada orang pertama muncul.
"Tes antibodi akan memampukan kami untuk menguji pasien-pasien terduga sehingga kami bisa mengumpulkan gambaran lebih akurat seberapa luas sebaran virus ini dan, konsekuensinya antara lain, [mengetahui] jumlah kematian yang sesungguhnya," kata Dr Catton.
"Tes ini juga akan membantu dalam penilaian tingkat efektivitas vaksin-vaksin yang diuji coba."
Menurut WHO, periode inkubasi virus corona yang baru berkisar antara dua hingga 10 hari.
Dalam beberapa hari terakhir, jumlah kasus virus corona di China meningkat pesat meski aparat telah berupaya membendung penyebarannya, antara lain menutup Kota Wuhan di Provinsi Hubei—tempat asal-mula virus tersebut.[vv]