GELORA.CO - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengaku siap melakukan percepatan pengembangan Pesawat Udara Nir Awak Medium Altitude Long Endurance (PUNA MALE) atau Drone Elang Hitam, EH-4 dan EH-5. Drone ini digadang-gadang siap untuk melawan Drone CH-4 Rainbow buatan China.
Di depan Presiden Jokowi dan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan langkah percepatan pengembangan drone lokal ditujukan untuk mendapatkan PUNA MALE dengan spesifikasi tempur atau Unmaned Combat Aerial Vehicle (UCAV).
Rencananya jangka waktu pengembangan drone tempur ini dipercepat dari 2024 menjadi 2022. "Diperlukan percepatan agar PUNA MALE tersertifikasi. Jadi siap terbang tahun 2022. Dengan adanya isu seperti kedaulatan di Laut Natuna, maka kesiapan misi drone tempur sangat diperlukan," kata dia, Selasa, 28 Januari 2020.
Hammam menyebut pengembangan PUNA MALE dilakukan bersama konsorsium yang sudah terbentuk pada 2017. Konsorsium ini beranggotakan BPPT, Kementerian Pertahanan, dan BUMN Pertahanan.
Kementerian Pertahanan ini terdiri dari Ditjen Pothan dan Balitbang, Dislitbang TNI AU, dan FTMD ITB. Sementara BUMN Pertahanan ditunjuk PT Dirgantara Indonesia (PTDI) dan PT Len Industri. Baru pada 2019, LAPAN masuk sebagai anggota konsorsium membantu pengembangan PUNA MALE.
Drone Elang Hitam. |
Lantas, apa spesifikasi yang bikin drone tempur karya anak bangsa ini hebat?
Hammam mengungkapkan, percepatan pembuatan PUNA MALE dilakukan dengan melengkapi desain Drone Elang Hitam (EH-1) dengan sistem persenjataan menjadi desain PUNA MALE Kombatan EH-4 dan EH-5.
Awalnya, kata dia, program PUNA MALE Kombatan EH-4 dan EH-5 adalah target pengembangan tersertifikasi pada 2024. Kemudian, Drone EH-1, EH-2, EH-3 adalah pengembangan untuk periode 2020-2022.
"Dengan persetujuan Presiden Jokowi, maka Drone Elang Hitam EH-4 dan EH-5 akan dikembangkan tahun 2020-2022, bersama dengan EH-1,2 dan 3. Jadi, tahun 2022 Indonesia punya 5 drone kombatan karya anak bangsa yang setara Drone CH-4 buatan China," tegas dia.
Hammam melanjutkan, Drone Elang Hitam dirancang sebagai pesawat PUNA MALE ISTAR, yakni dapat digunakan untuk misi spionase, pengawasan, mengakuisisi target, serta mengumpulkan informasi terkait target.
"ISTAR kepanjangan dari Intelligence, Surveillance, Target Acquisition and Reconnaissance, yang dilengkapi sistem persenjataan," ujarnya. Dengan kelengkapan fungsi tersebut, Drone Elang Hitam mampu menjaga kedaulatan di wilayah darat, laut dan udara.
"Bisa saya katakan kalau Drone Elang Hitam adalah 'CCTV Langit Nusantara', khususnya untuk mengintai di wilayah perbatasan dan pulau-pulau terluar di Indonesia," tutur Hammam.
Drone CH-4 Rainbow. |
Sementara itu, Drone CH-4 Rainbow buatan China berspesifikasi pesawat tempur tak berawak (UCAV). Drone tempur ini disebut-sebut meniru UCAV Amerika Serikat, MQ-9 Reaper.
Keduanya sama-sama untuk melakukan serangan yang dipandu dan dirancang untuk menuju target dengan waktu tempuh sampai berjam-jam, bahkan CH-4 Rainbow bisa menjalankan misi 14 jam. Eksterior kedua pesawat ini dikatakan sangat mirip dari ujung sampai ekor, posisi tiga roda permanen, sampai sayap.
Drone CH-4 adalah bagian dari rangkaian produk UAV seri Rainbow, yang mencakup CH-1, CH-2 dan CH-3. Drone tempur itu saat ini dipasarkan dalam dua bentuk berbeda. CH-4A yang akan digunakan terutama untuk pengintaian dan CH-4B dilengkapi senjata untuk pengintaian dan serangan umum.
Pesawat nirawak ini mengandalkan badan pesawat ramping yang berisi peralatan optik, avionik, bahan bakar, dan mesin, yang menggerakkan baling-baling tiga bilah di bagian belakang badan pesawat. Pada moncong, diletakkan sensor dengan infra merah dan pengintai laser.
Drone CH-4 bisa mengangkut dua rudal terpandu antitank serta bom hingga 349 kg. Sejumlah negara telah menggunakan drone tempur ini termasuk Indonesia (TNI AU), Mesir, Irak dan Arab Saudi.[vv]