GELORA.CO - Saham perusahaan minyak Arab Saudi, Aramco merosot drastis ke level terendah sejak debut pasar saham raksasa minyak negara itu awal pekan ini.
Hal itu terjadi karena investor tengah bersiap untuk kemungkinan pembalasan Iran atas pembunuhan jenderal topnya, Qassem Soleimani oleh serangan udara Amerika Serikat di Baghdad, Irak pekan lalu.
Saham Aramco turun sekitar 2 perse sejak pembunuhan Soleimani. Penurunan itu mencerminkan kekhawatiran bahwa Iran dapat menanggapi serangan itu dengan menargetkan infrastruktur minyak Arab Saudi, yang merupakan sekutu penting Amerika Serikat di kawasan tersebut.
Penurunan saham terjadi meskipun ada lonjakan harga minyak mentah sebanyak 6 persen sejak Kamis pekan lalu, mendekati angka 70 dolar AS. Lonjakan harga minyak mentah itu seharusnya membantu meningkatkan pendapatan di perusahaan paling bernilai di dunia tersebut.
Kepala strategi ekuitas yang berbasis di Dubai, Tellimer yang merupakan sebuah bank investasi yang berfokus pada pengembangan pasar mengatakan bahwa pembunuhan Soleimani memiliki dampak yang besar.
"(Pembunuhan Soleimani) menimbulkan risiko geopolitik yang belum dipetakan," jelasnya, seraya menambahkan bahwa hal itu akan membatasi ketertarikan investor asing untuk Saudi Aramco.
Dikabarkan CNN, salah satu kekhawatiran yang muncul adalah bahwa Iran kemungkinan akan mampu membalas melalui serangan dunia maya. Iran diketahui memiliki kemampuan siber yang kuat, dan sebelumnya telah dikaitkan dengan serangan terhadap bank-bank besar seperti JPMorgan Chase, Bank of America dan Wells Fargo yang menyulitkan pelanggan untuk masuk ke akun mereka dan mengakses dana.
Aramco sendiri sebelumnya pernah mengalami salah satu serangan dunia maya terburuk dalam sejarah, ketika 35.000 komputer sebagian terhapus atau hancur total oleh peretas pada tahun 2012 lalu.
Risiko lain yang dikhawatirkan oleh para investor adalah serangan terhadap infrastruktur perusahaan. Amerika Serikat menyalahkan Iran atas serangan rudal ke Arab Saudi pada bulan September lalu yang secara singkat mengganggu sekitar setengah dari produksi minyak kerajaan. Iran membantah melakukan serangan itu.[rmol]