GELORA.CO - Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan blak-blakan mengungkap salah satu penyebab PT Asuransi Jiwasraya mengalami kerugian besar.
Melalui tulisannya berjudul “Nasib Benny” yang dimuat di laman disway.id, Kamis (16/1), Dahlan menyebutkan bahwa Jiwasraya membeli saham PT Hanson International sebesar Rp 760 miliar.
“Jiwasraya belanja saham Henson Internasional ketika harganya Rp 1.300/lembar. Sebanyak Rp 760 miliar,” kata Dahlan Iskan.
Menurut Dahlan, banyak yang menilai saham Henson kemahalan. Tapi itulah harga resmi di pasar modal.
Setahun kemudian harga saham Henson naik menjadi Rp 1.865/lembar. Seharusnya Jiwasraya jual saham saat itu. Namun tidak dilakukan. Padahal, Jiwasraya bisa meraup untung lebih Rp 100 miliar.
“Itu tidak dilakukan. Mungkin menunggu harga naik lagi. Padahal setelah itu saham Henson terjun bebas. Ke dasar jurang yang paling dalam: tinggal Rp 50/lembar,” tulis Dahlan.
“Tidak ada lagi harga saham yang lebih rendah dari itu. Itulah saham asfalasafilin. Hitung sendiri berapa ratus miliar uang Jiwasraya hilang,” tambahnya.
Dahlan menyebut saham Henson terjun bebas dalam hitungan jam pada tahun 2014, saat pergantian presiden.
“Ternyata tidak hanya politik yang memanfaatkan ‘masa transisi’ melainkan juga para pemain saham,” tandas Dahlan.
Sementara itu, audit BPK tahun 2016 menunjukkan bahwa Jiwasraya juga membeli saham PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP).
IIKP merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di dalam bidang penangkaran ikan hias, khususnya ikan arwana.
Perusahaan ini tercatat di Burse Efek. Aset perusahaan tersebut hanya Rp300 miliar dengan omzet Rp 21 miliar. Namun IIKP bisa menerbitkan reksadana Rp6 triliun.
Pada 2015 Jiwasraya memiliki 14 reksadana non asuransi sebesar Rp 8,89 triliun. Total nilai dari 14 reksadana itu Rp 9,3 triliun.
Komposisi dari 14 reksadana itu sebesar 99,64% atau Rp 9,29 triliun saham. Dari angka itu sebesar Rp 6,39 triliun ada di saham emiten ikan arwana alias IIKP.
Pengamat perpajakan Yustinus Prastowo pernah menyebut bahwa PT Jiwasraya berinvestasi di perusahaan penangkaran ikan arwana sebesar Rp6 triliun.[psid]