GELORA.CO - Beberapa daerah di kawasan Lebak, Banten terkena banjir bandang. Alhasil, hal itu pun membuat 21 rumah dari 3 RT hanyut tidak tersisa.
Salah satu korban, yakni Aminah, 67, menceritakan bahwa pada pukul 08.00 WIB hingga 11.00 WIB air mulai tinggi dan memasuki rumah warga. Namun, berselang beberapa saat, air surut dan ia pun kembali untuk membersihkan air tersebut.
“Sempat bersih-bersih karena sudah surut, tapi tiba-tiba banjir bandang. Saya lari ke jalan, rumah saya hanyut,” kata Aminah di lokasi kejadian, Sabtu (18/1).
Perempuan yang lahir dan tinggal di desa itu mengatakan bahwa dirinya tidak ada firasat akan terjadi banjir bandang. Pasalnya, desa itu tidak pernah sekalipun terkena banjir.
“Enggak ada firasat. Ketua RT dan RW teriak ngambilin itu barang-barang, disuruh ngungsi. Tapi ga ada yang keambil ibu mah. Sendok juga nggak ada. Abis (hanyut),” tuturnya.
Kondisi akibat banjir bandang yang melanda Lebak, Banten, Sabtu (18/1). (Saifan Zaking/ JawaPos.com) |
Aminah berharap pemerintah dapat memberikan bantuan lebih masif lagi. “Maunya sih rumah bagus lagi. Sedihlah. Nggak punya apa-apa, sekarang nggak punya rumah. Sedih,” tambah dia.
Kemudian, Nurhadi, 50, menuturkan, ketika banjir dirinya tidak berada di rumah. Ia mengaku kaget melihat kondisi rumahnya ikut hanyut. “Kaget saya, waktu itu saya nggak ada di rumah, saya lagi di Jakarta,” jelasnya.
Selain rumah, jembatan yang berada di Sajira Barat pun tak luput dari terjangan banjir. Dengan adanya kejadian itu, akses untuk 3 kecamatan ikut terhambat. Untuk dapat menyeberangi sungai tersebut, disediakan bantuan berupa perahu karet sebanyak 2 buah.
“Itu putus kira-kira jam 2, nggak ada korban jiwa, kita pas liat air sudah tinggi itu, kita bilang ke mobil yang mau melintas itu jangan lewat karena bahaya. Karena itu 3 kecamatan aksesnya terputus, ada Sajara Muncang dan Sobang. Itu yang biasanya 30 menit untuk ke lokasi jadi bisa sampai 1 jam,” terang Memet kepada JawaPos.com.