Bikin Heboh, Kerajaan Agung Sejagat Klaim Punya Kekuasaan Di Seluruh Dunia

Bikin Heboh, Kerajaan Agung Sejagat Klaim Punya Kekuasaan Di Seluruh Dunia

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Beberapa hari belakangan ini, masyarakat Purworejo digegerkan dengan kemunculan pihak-pihak yang mengaku sebagai pemimpin dan pengikut Kerajaan Agung Sejagat (KAS).

Mereka mendirikan semacam keraton yang belum selesai pembangunannya, di Desa Pogung Jurutengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Dalam jumpa pers di dalam ruang sidang 'keraton', pimpinan KAS yang dipanggil Sinuhun bernama asli Totok Santosa Hadiningrat dan istrinya yang dipanggil Kanjeng Ratu memiliki nama Dyah Gitarja, membeberkan 'cikal bakal' keraton.


"Keberadaan kami adalah menunaikan janji 500 tahun dari runtuhnya Kerajaan Majapahit tahun 1518. Wilujengan Keraton Agung ini adalah untuk menyambut kehadiran Sri Maharatu (Maharaja) Jawa kembali ke Jawa," kata Totok yang bergelar sangat panjang namun hanya disingkat menjadi Rangkai Mataram Agung.

Dilaporkan Kantor Berita RMOLJateng, entah dari mana asal usul cerita yang disampaikan oleh Sang Sinuhun, namun dia mengklaim memiliki wilayah kekuasaan seluruh negara di dunia. Dalihnya, tatanan di dunia ini terbesar adalah kekaisaran dan terkecil adalah berbentuk republik.

"Keraton Agung memiliki alat-alat kelengkapan yang dibangun dan dibentuk di Eropa, memiliki parlemen dunia yaitu United Nation (UN). KAS memiliki International Court of Justice dan Defense Council. Pentagon adalah Dewan Keamanan KAS, bukan milik Amerika," ucap Sinuhun.

Meski terkesan tak masuk akal, klaim tersebut dipercaya oleh pendukungnya yang menurut informasi berjumlah 425 orang.

Bahkan dia juga mengklaim memiliki tugas mengubah semua sistem negara di dunia. Baik keuangan, politik, pemerintahan, dan lain-lain.

Namun ketika didesak terkait caranya, Sinuhun tak dapat menjelaskannya secara gamblang. Dia juga menyatakan bisa mengeluarkan nota diplomatik.

Kanjeng Ratu malah sempat naik nada suaranya ketika didesak untuk menyatakan, mengakui NKRI atau tidak, memiliki KTP Indonesia atau tidak. Dyah juga mengaku dulu pernah ikut mendirikan Ormas Laskar Merah Putih.

Sementara itu, Jumeri yang rumahnya bersebelahan dengan 'keraton' mengatakan kalau sejak dulu tidak pernah ada sejarah di Pogung ada kerajaan.

"Kami merasa sangat terganggu, karena kegiatan mereka itu tengah malam nyanyi-nyanyi sambil tepuk tangan jadi suaranya membuat warga terganggu," jelas kakek yang sehari-hari juga Imam Masjid setempat.

Dia menambahkan, hanya ada dua warganya yang menjadi anggota KAS. (Rmol)
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita