GELORA.CO - Tampaknya Partai Demokrat ingin memanfaatkan kasus suap Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai alat untuk mengacak-acak PDI Perjuangan.
Upaya mengganggu PDIP itu terlihat dari manuver dua Sekjen Partai Demokrat, Andi Arief dan Rachland Nashidik, yang mengatakan akan mendatangi komplek Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jakarta Selatan untuk mencari tahu keberadaan Harun Masiku.
Demikian sinyalemen politisi senior PDIP Beathor Suryadi dalam perbincangan dengan redaksi, Rabu malam (29/1).
Harun Masiku adalah mantan calon anggota DPR RI dari PDIP yang diduga kuat menyuap Komisioner KPK Wahyu Setiawan. Suap ini berkaitan dengan upaya Pergantian Antar Waktu (PAW) anggota DPR RI Rizky Aprilia.
Harun dan Rizky berasal dari daerah pemilihan Sumatera Selatan 1. Peta pertarungan di dapil itu berubah drastis karena menjelang Pemilu 2019 caleg PDIP paling favorit di dapil itu, Nazaruddin Kiemas, mendadak meninggal dunia.
Ketika operasi tangkap tangan Wahyu oleh petugas KPK terjadi, kabar burung mengatakan Harun Masiku diminta menyelamatkan diri ke komplek PTIK. Sejak beredar, kabar ini belum terkonfirmasi.
“Ibu Megawati (Ketua Umum PDIP) sudah mencanangkan kemenangan tiga kali dalam Pemilu 2024 mendatang. Ini adalah ancaman paling serius yang dihadapi Partai Demokrat. Kalau PDIP bisa menang lagi, maka Partai Demokrat akan semakin tenggelam. Mimpi putra mahkota Partai Demokrat juga kandas,” ujar Beathor.
“Karena itu mereka melancarkan serangan sejak sekarang, dengan mengacak-acak partai kami. Termasuk dengan memanfaatkan kasus Harun Masiku,” ujar Beathor.
Menurut Beathor, manuver Andi Arief dan Rachland Nashidik sesungguhnya tidak dibutuhkan dalam proses penegakan hukum di tanah air.
“Kita semua bisa melihat, perangkat hukum di negara ini bekerja sebagai mana mestinya. Dan hukum tidak bisa ditegakkan dengan cara gegabah seperti yang hendak mereka lakukan,” demikian Beathor yang dikenal sebagai loyalis almarhum Taufik Kiemas. [rm]