GELORA.CO - Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas menilai, persekusi yang dialami etnis muslim Uighur di Xinjiang diduga berlatar belakang ekonomi. Kasus yang menimpa etnis Uighur di Xinjiang merupakan soal penguasaan lahan.
Misalnya, di Xinjiang ada beberapa blok migas, sumur gas dan pipa gas. Sementara isu agama dan budaya yang muncul ke permukaan membuat motif aslinya tampak kabur dan kasus tersebut menjadi semakin rumit.
"Jangan-jangan ini hanya soal ingin menguasai lahan di Xinjiang yang kaya akan sumber daya alam saja," ujar Yaqut di Jakarta, Senin (16/12/2019).
Menurutnya, GP Ansor sangat hati-hati dalam menyikapi persoalan di Xinjiang. Dia mendesak agar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di China maupun Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memberikan klarifikasi terhadap persoalan di sana. Selain itu, perlu ada pembahasan untuk menciptakan perdamaian dunia, termasuk di Xinjiang.
Kasus etnis muslim Uighur dinilai sebagai masalah geopolitik. Politisasi terhadal kasus ini, yakni Islam versus China kata dia justru membuat komplikasi dari kasus yang sudah rumit tersebut.
Ditambah lagi konstelasi politik saat ini yang cenderung berwujud sebagai neo cold war geopolitics, ada benturan politik ekonomi dan ideologi antara barat (Amerika) dan timur (China).
"Ansor juga dapat memahami bagaimana Amerika dan aliansinya melalui semua kanalnya bersuara untuk kepentingan dan keuntungan mereka, termasuk Wall Street Journal (WSJ) yang membeberkan laporan terkait hal ini, tapi di saat bersamaan mempromosikan layanan subscribe untuk jadi pembacanya," ucapnya. []