GELORA.CO - Tagar RockyGerungMenghinaPresiden ramai di Twitter. Tagar itu muncul karena Rocky Gerung dituding menghina Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak paham Pancasila.
Pernyataan soal Jokowi yang tak paham Pancasila itu disampaikan Rocky dalam tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) di TV One. Rocky mulanya mengatakan bahwaw Pancasila gagal sebagai ideologi.
"Pancasila itu sebagai ideologi gagal. Karena bertentangan sila-silanya. Saya pernah tulis risalah panjang lebar di Majalah Prisma dengan riset akademis yang kuat bahwa Pancasila itu bukan ideologi dalam pengertian akademik. Dalam diskurs akademis. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, mengakui bahwa perbuatan manusia hanya bermakna kalau diorientasikan ke langit. Sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Apa dalilnya bahwa saya boleh berbuat baik tanpa menghadap langit, itu namanya humanisme tu. Lalu saya berbuat baik supaya masuk surga, artinya kemanusiaan saya itu palsu. Sila kelima Keadilan Sosial. Versi siapa? Liberalisme? Libertarianisme. Orang boleh isi sila kelima itu dengan marxisme, boleh saja. Diisi dengan Islamisme boleh saja. Karena tidak ada satu keterangan final tentang isi dari Keadilan Sosial itu," kata Rocky seperti dilihat detikcom, Rabu (4/12/2019).
Rocky kemudian mengatakan bahwa tidak ada orang yang Pancasilais di Indonesia, termasuk Presiden Jokowi. Dia menilai, Jokowi hanya hafal Pancasila namun tak memahaminya.
"Saya tidak pancasilais, siapa yang berhak menghukum atau mengevaluasi saya? Harus orang yang pancasilais, lalu siapa? Tidak ada tuh. Jadi sekali lagi, polisi pancasila, presiden juga tak mengerti pancasila. Dia hafal tapi dia nggak ngerti. Kalau dia paham dia nggak berutang, dia nggak naikin BPJS," imbuh dia.
detikcom telah menghubungi Rocky terkait pernyataannya dan tagar #RockyGerungMenghinaPresiden namun belum direspons. Sementara itu, pembelaan datang dari Partai Demokrat. Seperti diketahui, Rocky sudah berjaket Partai Demokrat pada Maret 2019 lalu.
Partai Demokrat meminta pernyataan Rocky itu untuk tak diperpanjang. Menurut Demokrat, masih banyak permasalahan bangsa yang lebih penting dibanding pernyataan Rocky itu.
"Sudahlah. Sudah capek bangsa ini sejak pilpres kemarin, karena soal beda argumen saja aja lapor melapor polisi. Polisi juga capek ngurusi soal politik begini terus. Di luar sana masih banyak kejahatan yang lebih penting harus mereka tuntaskan. Argumen itu harusnya dibalas dengan argumen," kata Ketua DPP Partai Demokrat, Jansen Sitindaon, kepada wartawan.
Menurut Jansen apa yang disampaikan Rocky merupakan bahan refleksi untuk semua orang. Bahwasanya, kata dia, sebagai warga negara Indonesia, apakah sudah mengamalkan Pancasila dengan baik.
"Pancasila itu ada yang mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari seperti kita contohnya. Ada juga yang mengamalkannya dalam bentuk kebijakan karena dia pemerintah. Itu menurut saya argumen yang disampaikan Rocky Gerung semalam. Kalau pemerintah misalnya paham dan mengamalkan Pancasila, jadi levelnya bukan lagi sekedar hapal Pancasila saja, harusnya tampak dalam kebijakannya seperti tidak menaikkan BPJS karena itu jelas menyengsarakan rakyat dan tidak sesuai dengan semangat Pancasila, tidak melanggar UU Lingkungan karena kita tahu bersama memang ada vonis Mahkamah Agung dimana Presiden diputuskan melanggar hukum dalam kasus kebakaran hutan, dan lain-lain," tuturnya.
"Menurut saya apa yang disampaikan Rocky Gerung ini sebenarnya refleksi untuk kita semua, jangan jangan memang kita semua ini baru di level hafal Pancasila saja, tapi belum mengamalkannya dengan baik," sambung Jansen.
Sementara, Ketua Bidang Hukum dan Advokasi DPP Partai Demokrat, Ferdinand Hutahahean mengatakan bahwa pernyataan Rocky memang patut didiskusikan dan diperdebatkan secara akademis. Dia enggan memvonis apakah pernyataan Rocky tersebut salah atau benar.
"Menurut saya memang sebuah pemikiran yang patut didiskusikan, diperdebatkan. Saya tidak ingin memvonis Rocky salah, dan saya tidak ingin menyatakan apa yang beliau sampaikan itu tidak salah. Tapi memang apa yang Rocky sampaikan secara akademis itu layak didiskusikan kalau beliau menuding pihak lain itu tidak paham pancasila. Ini kan sama saja pihak lain menuding orang lain tidak paham Pancasila atau ada yang paham. Jadi ini masih debatable sebetulnya siapa yang paham Pancasila dan siapa yang tidak paham. Nah kalau soal penjelasan Pancasila ini memang seperti yang dijelaskan Rocky ya ini patut diperdebatkan secara akademis," tutur Ferdinand.
Kendati demikian, Ferdinand menegaskan secara politik, Pancasila adalah ideologi negara yang tidak bisa diubah. Demokrat, kata dia, akan selalu berdiri di barisan paling depan untuk mempertahankan hal itu.
"Tapi secara politik, Partai Demokrat menyatakan Pancasila adalah ideologi yang tidak bisa diubah di negara ini. Secara politik, secara hukum, Pancasila telah ditetapkan oleh konstitusi kita adalah dasar negara. Maka itu tidak boleh diganggu gugat. Kita sudah selesai soal ini, Indonesia sudah selesai soal ideologi jadi tidak bisa diganggu gugat. Pancasila adalah satu-satunya ideologi bangsa yang tidak boleh diganggu gugat dan Partai Demokrat akan berdiri di paling depan untuk mempertahankan itu," katanya.
"Yang disampaikan Rocky ini kan secara ilmiah ya, secara akademis, jadi ya mari kita diskusikan secara akademis. Apa yang disampaikan Rocky Gerung salah atau benar. Dan saya secara pribadi siap berdiskusi dan berdebat tentang ini, tentang Pancasila ini apakah yang beliau sampaikan atau tidak," imbuh Ferdinand.
(Dtk)