GELORA.CO - Pengamat politik Rocky Gerung menila, antara Presiden Jokowi dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berpotensi pecah kongsi jelang Pilpres 2024. Rocky mencium indikasi Jokowi ingin lepas dari bayang-bayang Megawati.
Potensi pecah kongsi tersebut dijelaskan Rocky salah satunya lewat terpilihnya Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar untuk periode 2019-2024.
Ia menilai, Airlangga terpilih karena adanya intervensi dari pihak istana yang tidak menginginkan Bambang Soesatyo.
Pernyataan tersebut disampaikan Rocky lewat program bertajuk Rocky Gerung: Pemilihan Ketua Golkar, Sinyal Mega-Jokowi Pecah Kongsi yang ditayangkan kanal YouTube Rocky Gerung Official, Minggu (15/12/2019).
Rocky mengatakan adanya persaingan antara Megawati dan Jokowi terkait regenerasi kepimpinan di tubuh Partai Golkar.
Ia menyebut terpilihnya Airlangga sebagai orang yang dikenal dekat dengan Jokowi sebagai persiapan untuk Pilpres 2024.
"Ya ini investasi buat 2024, yang potensial menghalangi disingkirkan dari sekarang, atau dianggap tidak mungkin meng-generate dana-dana politik pasti dia disingkirkan, jadi di belakang itu selalu ada bau tukar tambah politik yang basisnya adalah berapa uang yang bisa disetor ke kekuasaan," jelas Rocky.
Di mata Rocky, hal itu kian menunjukkan bakal adanya pecah kongsi antara Megawati. Jokowi disinyalir ingin membentuk oligarki baru untuk lepas dari bayang-bayang Megawati.
"Sebagai indikasi sebut saja retak kongsinya dan potensi pecah itu pasti terjadi menjelang 2024, kan kita membaca bahasa tubuh Ibu Mega, bahasa tubuh Pak Jokowi, jadi boleh disebut bahwa Joko Widodo ingin ada legacy yang dia tinggalkan, jadi dia musti bikin oligarki baru, komponen-komponen itu udah dia hitung dan komponen itu salah satunya adalah golkar," kata dia.
Menurut Rocky, keputusan Jokowi tersebut menyebabkan Megawati kehilangan kekuatan politik.
Ia menambahkan, "Jadi benar tadi, bayang-bayang Ibu Mega terlalu ingin sekedar dikaburkan, maka Jokowi ingin membuat move seperti ini, move yang buruk bagi demokrasi sebetulnya, karena itu tetap dia intervensi terhadap Golkar, tapi itu kimia kekuasaan hari ini kan".
Rocky kemudian meyinggung sikap Jokowi yang kerap mengaku tidak memiliki beban di bawah kendali Megawati. Hal itu dirasa kontras dengan kenyataan yang terjadi.
Ia menyebutkan contoh intervensi Megawati ke Jokowi seperti saat Kongres PDI Perjuangan di Bali beberapa waktu lalu. Mega disebut meminta jatah banyak menteri pemerintahan Presiden Jokowi Jilid II.
Namun menurut Rocky, Jokowi justru ingin memperlihatkan dirinya sebagai aktor politik yang memiliki kendali mengumpulkan peralatan politik.
"Itu diperlihatkan secara langsung sebagai upaya untuk menghindar dari pengaruh bayang bayang atau instruksi dari Teuku Umar," kata Rocky. []