Penyerang Novel Ditemukan, Isu Peran Jenderal Muncul ke Permukaan

Penyerang Novel Ditemukan, Isu Peran Jenderal Muncul ke Permukaan

Gelora News
facebook twitter whatsapp


GELORA.CO - Babak baru teror penyiraman air keras memunculkan lagi isu lawas yang pernah disampaikan Novel Baswedan: jenderal.

Lepas subuh pada 11 April 2017 menjadi mimpi buruk bagi Novel. Langkahnya dari masjid usai salat tak sampai ke kediamannya yang berada di Jalan Deposito T8, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Sebabnya ada dua orang berboncengan motor menyiramkan air keras ke arah wajahnya. Refleks, Novel menutup mata dan bergegas kembali ke masjid. Tujuannya satu yaitu sesegera mungkin membasuhkan air ke wajahnya yang terpapar cairan asam itu.

Penyidik senior KPK itu lantas dilarikan ke rumah sakit. Tak butuh waktu lama kemudian Novel diterbangkan ke Singapura untuk menjalani perawatan. Sempat ada tanda tanya tentang pengobatan Novel di luar negeri. Namun Wakil Ketua KPK saat itu Laode M Syarif sempat menjelaskan pada Komisi III DPR dalam rapat kerja pada Senin, 17 April 2017, bila obat yang dibutuhkan Novel cukup sulit untuk diimpor ke dalam negeri.

Di sisi lain ketika Polri memulai pengusutan siapa sebenarnya yang penyerang itu, Novel membuka suara pada Majalah Time. Novel mengaku mendapatkan informasi adanya oknum jenderal polisi di balik serangan yang dialaminya.

"Sebenarnya saya sudah menerima informasi bahwa seorang jenderal polisi--seorang pejabat polisi tingkat atas--telah terlibat. Awalnya, saya mengatakan informasi itu bisa saja salah. Namun kini, ketika telah 2 bulan berlalu dan kasus tersebut belum juga terpecahkan, saya katakan, perasaan terhadap informasi itu bisa saja benar," ucap Novel kepada Time seperti dilansir time.com, Rabu (14/6/2017).

Wawancara itu dilakukan Time pada 10 Juni 2017. Proses penyembuhan mata Novel pun masih dilakukan, tetapi Time mengatakan Novel duduk di ranjangnya dengan mata terbuka tetapi penglihatannya kabur.

Saat itu Irjen Setyo Wasisto yang menjabat sebagai Kadiv Humas Polri meminta Novel menerangkan tentang hal itu dalam berita acara pemeriksaan (BAP). "Saya belum baca itu. Jadi begini, Novel itu kalau ada informasi, tolong dituangkan dalam BAP, diceritakan dalam BAP. Karena, jika tidak, percuma saja, tidak ada nilainya di mata hukum. Tidak proyustisia," kata Setyo.

Informasi ini lantas mengendap seiring hari berganti hingga mencapai hari ke-989 teror air keras pada Novel. Ada apa di hari ke-989?

Hari ke-989 itu jatuh pada Kamis, 26 Desember 2019. Kabareskrim Komjen Listyo Sigit Prabowo mengatakan 2 penyerang Novel sudah diamankan dan ditetapkan sebagai tersangka.

"Jadi pelaku ada dua orang, inisial RM dan RB," ucap Listyo, Jumat (27/12/2019).

Listyo menyebut keduanya sebagai anggota kepolisian aktif. Mereka diamankan di Cimanggis, Depok pada Kamis, 26 Desember 2019.

Sementara itu, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Argo Yuwono belum memberikan penjelasan lebih rinci mengenai motif penyerangan kedua pelaku itu, termasuk ada-tidaknya orang yang memberikan perintah untuk penyerangan. Saat ini dua tersangka itu masih menjalani pemeriksaan intensif.

"Tadi pagi jadi tersangka. Tadi siang pemeriksaan sebagai tersangka dan ada pendampingan hukum dari Mabes Polri," kata Argo.

Kembali pada keterangan Listyo. Dia tidak menyebut jelas asal institusi 2 pelaku itu. Namun dia mengatakan bila keduanya diamankan atas kerja sama dengan Brimob.

Sementara itu Ketua KPK Firli Bahuri mengapresiasi kinerja Polri. Penangkapan pelaku teror ini disebut sebagai jawaban yang lama ditunggu publik.

"Saya selaku pimpinan Ketua KPK menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya di bawah nakhoda Bapak Kapolri Jenderal Idham Azis, saya menyampaikan sukses dan selamat kepada seluruh jajaran kepolisian. Ini adalah jawaban yang telah lama ditunggu oleh rakyat Indonesia," kata Firli kepada wartawan.

Sedangkan tim advokasi Novel Baswedan meyakini ada kuasa lain di balik 2 pelaku penyerangan yang baru saja diungkap Polri. Kepolisian diminta dapat mengungkap aktor intelektual di balik teror penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK itu.

"Dan juga harus dipastikan bahwa yang bersangkutan bukanlah orang yang 'pasang badan' untuk menutupi pelaku yang perannya lebih besar," ucap M Isnur sebagai salah satu anggota tim advokasi Novel dalam keterangannya, Jumat (27/12/2019).

Isnur juga meminta Polri segera bergerak cepat. Salah satu hal yang diinginkan tim advokasi Novel adalah Polri mengungkap soal kabar kedua pelaku menyerahkan diri setelah lebih dari 2 tahun peristiwa teror itu.

"Kepolisian harus mengungkap motif pelaku tiba-tiba menyerahkan diri, apabila benar bukan ditangkap," ucap M Isnur.

Isnur turut menyampaikan agar Polri mengungkap aktor intelektual di balik teror tersebut. Novel sendiri sempat menyebutkan ada oknum jenderal dalam kelindan kasusnya itu.

"Kepolisian harus segera mengungkap jenderal dan aktor intelektual lain yang terlibat dalam kasus penyiraman dan tidak berhenti pada pelaku lapangan," kata Isnur.[dtk]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita