GELORA.CO - 'Dana diam' yang diduga digelontorkan oleh China kepada organisasi Islam di Indonesia seperti yang dimuat media asing menguatkan adanya proxy war yang digencarkan negara tirai bambu.
Peneliti Community of Ideological Islamic Analyst, Harits Abu Ulya menjelaskan, proxy war telah digelar pemerintah China di negara-negara mayoritas muslim. Di Indonesia, jelasnya, China masuk melalui pendekatan ekonomi, yakni investasi.
“Investasi bisa dipakai sebagai amunisi untuk membungkam pejabat Indonesia agar tidak mengusik China terkait persoalan Uighur,” kata Harits, Senin (16/12).
Lebih jauh lagi, Harits berpendapat China perlu mengendalikan iklim opini yang saat ini berkembang di publik, seperti persoalan muslim Uighur. Oleh karenanya, China memerlukan orang-orang yang bisa menjadi jubir pemerintah untuk membangun citra positif.
“Pendekatan yang lazim adalah dengan menfasilitasi kunjungan ormas-ormas tertentu ke negara China dengan desain tertentu, atau pemberian donasi kepada ormas-ormas dengan harapan bisa menjadi proxy yang bisa menutup kebiadaban yang terjadi,” tambahnya.
Secara keras, Harits mengatakan orang-orang oportunis di Indonesia dijadikan pelayan untuk kepentingan China, termasuk membungkam soal etnis Uighur.
“Orang-orang opurtunis di Indonesia dengan jabatan atau posisi yang saat ini dimiliki menjadi 'abdi dalem' kepentingan China Komunis. Pendekatan cingcai terlihat cukup efektif,” tutupnya. []