GELORA.CO - Pemberian Hadiah Nobel untuk Sastra tahun ini kepada Peter Handke, seorang penulis Austria yang mendukung genosida atau pembantaian Muslim Bosnia tahun 1995 menuai kontroversi.
Presiden Kroasia Kroasia Zeljko Komsic pada hari Selasa mengartakan, bahwa genosida hari ini dihargai di Swedia.
“Pidato kebencian dapat diharapkan dari seseorang yang menyangkal genosida, tetapi kebencian dari pihak pemberi penghargaan sangat merusak,” kata Komsic dikutip Anadolu Agency.
Dia menambahkan bahwa mereka akan terus memperjuangkan keadilan.
“Itu adalah tindakan kebencian terhadap kerabat para korban,” kata Komsic.
Sementara itu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Pemberian Hadiah Nobel kepada Peter Handke hanya akan mendorong “musuh-musuh Islam dan kemanusiaan”, kata katanya hari Selasa.
Pernyataan Recep Tayyip Erdogan datang pada acara peringatan di kompleks kepresidenan di ibu kota Ankara untuk menandai tahun ke-75 pengasingan Turki Ahiska.
“Ini memalukan dan memalukan untuk menghadiahkan seseorang yang membela dan memuji seorang pembunuh yang menumpahkan darah puluhan ribu Muslim,” kata Erdogan, merujuk pemberian Nobel Sastra 2019 Peter Handke, seorang penulis Austria yang dituduh menyangkal genosida Bosnia 1995.
Handke dikenal sebagai pengagum berat mantan pemimpin Serbia Slobodan Milosevic, yang meninggal pada 2006 ketika menghadapi persidangan di Den Haag atas kejahatan perang dan genosida.
“Berdiri jika Anda mendukung Serbia,” tulis Handke selama Perang Kosovo 1998-1999.
Dia mengklaim bahwa Bosniak Muslim di Sarajevo telah bunuh diri, menambahkan bahwa dia tidak pernah percaya bahwa Serbia telah melakukan pembantaian di Srebrenica.
Handke juga mengunjungi Milosevic di penjara dan berusaha bersaksi untuk mendukungnya.
“Saya di sini untuk Yugoslavia, untuk Serbia, untuk Slobodan Milosevic,” kata Handke dalam pidato 2006 untuk Milosevic.
Dalam memenangkan hadiah, Handke juga akan menerima 9 juta kronor Swedia ($ 952.000) serta medali dan diploma.
Presiden Turki meminta orang-orang yang berhati nurani untuk bereaksi atas penghargaan kontroversial itu.
“Mereka yang memberi kuliah tentang demokrasi dan hukum Turki menggulirkan karpet merah bagi para diktator dan teroris yang membunuh puluhan ribu orang,” kata Erdogan. []