GELORA.CO - Harga saham emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), masih berada di level tinggi pada penutupan perdagangan Senin kemarin (23/12/2019). Saham BBCA ditutup di level Rp 33.300/saham.
Data perdagangan mencatat, pada 18 Desember lalu, saham BBCA sempat menembus rekor tertinggi Rp 33.775/saham, lalu kemudian turun lagi kendati masih di level Rp 33.000. Asing kemarin keluar Rp 59,23 miliar di semua pasar, sementara nilai transaksi mencapai Rp 329,81 miliar dengan volume perdagangan 9,89 juta saham dan kapitalisasi pasar Rp 821 triliun.
Dalam sepekan terakhir perdagangan, saham BBCA naik 4,72%, sebulan tumbuh 6,14% dan year to date melesat 28%. Asing sudah masuk Rp 3,93 triliun sejak awal tahun hingga penutupan Senin kemarin.
Lantas berapa proyeksi harga BBCA selanjutnya? Bisakah di atas Rp 33.775/saham?
Dalam riset 17 September 2019, seperti dikutip dari CNBC Indonesia, Selasa (24/12/2019), tiga analis RHB Sekuritas, Henry Wibowo, Andre Benas, dan Ghibran Al Imran merekomendasikan beli (buy) untuk saham BBCA dengan target harga (target price/TP) Rp 40.000/saham. Ketika riset itu dibuat, target harga saham BBCA sebelumnya dipatok Rp 32.500/saham di mana level ini sudah terlewati.
"Rekomendasi di-upgrade menjadi Beli, dari Netral, dengan TP Rp 40.000 dari TP sebelumnya Rp 32.500, atau naik 33%, di tengah ketatnya likuiditas perbankan yang menempatkan BBCA di posisi yang unik," tulis analisis ketiganya.
"LDR (loan to deposit ratio) perbankan sudah mencapai tertinggi 96% di Mei 2019. Situasi ketatnya likuiditas ini berpotensi menekan kemampuan bank-bank Indonesia untuk menurunkan cost of fund (beban bunga)," tulis mereka.
Pertimbangan TP tersebut, di antaranya karena melihat BBCA dalam menyalurkan kredit secara hati-hati atau prudent. Bisa dibilang bank ini dianggap konservatif dalam menjaga kualitas aset.
Kemampuan dalam mengelola risiko secara prudent ini membuat BBCA dinilai mampu menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) di level 1,4%, dan biaya kredit 1,1% kendati pertumbuhan kredit pada akhir semester kedua ini diprediksi mencapai 11,1%. Selain itu modal BBCA juga anggap kuat.
"CAR (capital adequacy ratio/rasio modal minimum bank) BCA ada di 23,6%, terkuat di antara bank-bank di Indonesia," tegas mereka.
Jika level Rp 40.000/saham bisa dicapai hingga tahun depan, lantas berapa keuntungan pemegang saham bank milik Grup Djarum ini?
Mengacu laporan keuangan BCA per September 2019, pemegang saham bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI ini yakni PT Dwimuria Investama Andalan (milik Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono) sebanyak 13.545.990.000 (54,94%), sementara investor publik 10.627.910.289 (43,11%), dan sisanya komisaris dan direksi.
Majalah Forbes sebelumnya menobatkan Bambang bersama saudaranya, Budi Hartono, sebagai orang terkaya Indonesia per Desember 2019. Keduanya ditaksir memiliki kekayaan sekitar US$ 37,3 miliar atau sekitar Rp 522,20 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
Nilai kekayaan ini bertambah dari nilai yang dihitung Forbes sebelumnya yakni US$ 37,1 miliar, menjadikan Hartono bersaudara berada di posisi teratas selama 11 tahun berturut-turut sebagai orang terkaya di Indonesia.
Jadi berapa sebetulnya nilai saham milik Hartono bersaudara di BCA?
Apalagi pada 18 Desember lalu saham BCA ditutup pada level tertingginya sepanjang masa yakni Rp 33.775/saham, tentu pundi-pundi kekayaannya kian bertambah. Pada komposisi saham yang dipegang publik sebesar 2,49% juga dimiliki oleh pihak-pihak yang terafiliasi dengan Dwimuria Investama, milik dua Hartono.
Jika mengacu harga saham tertinggi itu, Rp 33.775/saham, maka nilai saham milik duo Hartono menembus Rp 457,52 triliun, atau melesat sejak awal tahun yakni Rp 354,90 triliun ketika saham BBCA berada di level Rp 26.200/saham pada 2 Januari 2019. Secara year to date, artinya nilai saham milik duo Hartono bertambah Rp 102,62 triliun.
Harga saham terendah BBCA sempat terjadi pada 17 Mei 2019 yakni Rp 25.900/saham. Jika harga tertinggi Rp 40.000/saham tercapai suatu saat nanti, maka kekayaan duo Hartono atas saham BBCA menembus Rp 542 triliun, hasil dari perkalian 13,55 miliar saham BBCA dengan harga per sahamnya.(dtk)