GELORA.CO - Aksi demonstrasi kembali terjadi di Hongkong pada hari Ahad, 22 Desember 2019. Sejumlah demonstran memakai topeng biru dan juga mengibarkan bendera Turkistan Timur yang menjadi simbol perjuangan Muslim Uyghur yang dizalimi oleh Partai Komunis China.
Sekitar 1.000-an orang berkumpul sambil mendengarkan orasi tentang upaya Partai Komunis China di Xinjiang yang dikhawatirkan suatu saat juga akan diimplementasikan di Hong Kong.
“Kita tidak boleh melupakan mereka yang memiliki tujuan yang sama dengan kita. Perjuangan kita untuk kemerdekaan, demokrasi dan kemarahan kita terhadap Partai Komunis China”, kata salah seorang orator.
China menjalankan model “1 negara, 2 sistem” di Hong Kong, 50 tahun setelah Inggris menyerahkan kota itu kembali. Banyak penduduk Hong Kong yang mengkhawatirkan meningkatnya kekuatan China di sana kelak akan menyebabkan kebebasan terkikis habis, apalagi sejak Xi Jinping yang menjadi presidennya.
Aksi demonstrasi awalnya berjalan damai hingga kemudian berakhir ricuh setelah salah seorang demonstran mencopot bendera China yang ada di salah satu bangunan pemerintah dan kemudian mencoba membakarnya. Polisi Hong Kong lantas menggunakan pepper spray (semprotan merica) dan bahkan ada yang mengacungkan senjata api untuk membubarkan demonstran.
Beberapa di antara demonstran juga ada yang ditangkap oleh polisi. “Pemerintah China [ingin] mengendalikan semuanya. Mereka tidak akan membiarkan pendapat yang tidak sejalan dengan mereka. Di Xinjiang mereka bisa melakukan apapun karena memiliki kekuasaan untuk itu. Ketika mereka mengambil alih Hong Kong, mereka akan melakukan hal yang sama”, kata seorang demonstran ke wartawan.[swa]
Sekitar 1.000-an orang berkumpul sambil mendengarkan orasi tentang upaya Partai Komunis China di Xinjiang yang dikhawatirkan suatu saat juga akan diimplementasikan di Hong Kong.
“Kita tidak boleh melupakan mereka yang memiliki tujuan yang sama dengan kita. Perjuangan kita untuk kemerdekaan, demokrasi dan kemarahan kita terhadap Partai Komunis China”, kata salah seorang orator.
China menjalankan model “1 negara, 2 sistem” di Hong Kong, 50 tahun setelah Inggris menyerahkan kota itu kembali. Banyak penduduk Hong Kong yang mengkhawatirkan meningkatnya kekuatan China di sana kelak akan menyebabkan kebebasan terkikis habis, apalagi sejak Xi Jinping yang menjadi presidennya.
Aksi demonstrasi awalnya berjalan damai hingga kemudian berakhir ricuh setelah salah seorang demonstran mencopot bendera China yang ada di salah satu bangunan pemerintah dan kemudian mencoba membakarnya. Polisi Hong Kong lantas menggunakan pepper spray (semprotan merica) dan bahkan ada yang mengacungkan senjata api untuk membubarkan demonstran.
Beberapa di antara demonstran juga ada yang ditangkap oleh polisi. “Pemerintah China [ingin] mengendalikan semuanya. Mereka tidak akan membiarkan pendapat yang tidak sejalan dengan mereka. Di Xinjiang mereka bisa melakukan apapun karena memiliki kekuasaan untuk itu. Ketika mereka mengambil alih Hong Kong, mereka akan melakukan hal yang sama”, kata seorang demonstran ke wartawan.[swa]