GELORA.CO - Badan Pusat Statisistik (BPS) memprediksi tahun 2020 akan terjadi badai dalam perekonomian Indonesia. Hal itu dikarenakan perang dagang, ekonomi global, komuditas menurun dan juga dalam sektor pertambangan merosot drastis hingga 45 persen.
Pernyataan BPS ini bertolak belakang dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu bertahan di angka 5.3 persen.
Menyikapi hal tersebut, Peneliti Ekonomi dari CORE, Piter Abdullah Redjalam, menyampaikan, kontribusi utama pertumbuhan ekonomi bukan pada ekspor melainkan konsumsi.
Adapun kontribusi pertumbuhan konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 56 persen sementara konsumsi dan investasi bersama-sama menyumbang sekitar 80 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Artinya bila pemerintah bisa memacu pertumbuhan konsumsi di atas 5 persen dan investasi disekitar 6 persen maka dapat diyakini pertumbuhan ekonomi akan berada dikisaran 5 persen,” ucap Piter kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (15/12).
Menurut Piter, masalah ekonomi yang terjadi di Indonesia kini karena pertumbuhan ekonomi mengalami pelambatan yang berasal dari rendahnya konsumsi dalam negeri.
Selain itu, masih menurut Piter, komoditas juga mengalami kemerosotan atau anjlok dan bila hal ini dibiarkan tanpa solusi tepat dapat menyebabkan potensi pertumbuhan ekonomi terus melambat.
“Itu yang coba dijelaskan oleh kepala BPS. Makanya pemerintah diharapkan bisa mengeluarkan kebijakan terobosan yang mampu menahan perlambatan itu,” tandasnya. (Rmol)