Rocky Gerung Sebut Radikalisme Hanya di Pikiran: Ngapain Ditutup, Biarin Orang Berdebat tentang Itu

Rocky Gerung Sebut Radikalisme Hanya di Pikiran: Ngapain Ditutup, Biarin Orang Berdebat tentang Itu

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Pengamat politik, Rocky Gerung mengatakan radikalisme hanyalah sebuah ide yang ada di pikiran setiap manusia.

Ia mengatakan untuk menanggulangi besarnya radikalisme, justru pemikiran tersebut harus dibuka dan diperdebatkan.

Dikutip dari kanal Youtube Deddy Corbuzier, Kamis (31/10/2019), pada awalnya Rocky Gerung menjelaskan saat ini pemerintah mengatakan mahasiswa sudah mulai terserang radikalisme.

Penyebabnya adalah karena kurangnya kritisisme dari mahasiswa.

"Sekarang dalil pemerintah, mahasiswa itu terpapar radikalisme karena kurang kritisisme," jelas Rocky.

Rocky mengatakan ketika dirinya ingin masuk ke kampus untuk mengajarkan kritisisme, dirinya justru dilarang.

"Nah saya masuk universitas untuk mengajarkan kritisisme justru dilarang, kan ngaco pikirannya," katanya.

Ia menambahkan setiap orang memiliki potensi untuk menjadi radikal.

"Setiap orang bisa jadi radikal," tambahnya.

Namun ia mengatakan radikalisme tidak dapat dirasakan

"Tapi terasanya di mana?," kata Rocky.

Rocky lanjut mencontohkan dirinya yang kapan pun bisa memiliki pikiran radikal.

"Saya setiap hari bisa bikin negara Islam, negara Kristen, negara PKI, negara liberal," jelas Rocky.

Ia menambahkan hal tersebut ada namun hanya sebatas di pikirannya saja.

"Tapi itu kan cuma di pikiran," imbuhnya.

Alumni Universitas Indonesia (UI) tersebut mengeluhkan pemerintah yang menutup-nutup ide radikalisme.

"Jadi ngapain ditutup," tegasnya.

Dirinya justru menganjurkan orang-orang untuk berdebat tentang ide tersebut.

"Biarin orang berdebat tentang ide itu," jelasnya.

Rocky kemudian memberikan contoh apa yang terjadi ketika ada pernyataan 30 persen mahasiwa Indonesia terpapar radikalisme.

"Kalau dibilang 30 persen dari mahasiswa indonesia terpapar radikalisme, Universitas Indonesia (UI) misalnya mahasiswa 10 ribu, berarti setiap hari ada 3.000 orang bawa pisau gitu? Bawa molotov ke kampus," tambahnya. 

Ia menyarankan untuk menanggulangi semakin besarnya radikalisme, justru radikalisme tersebut harus dibuka di kampus untuk diperdebatkan.

"Supaya dia nggak lebih besar buka kampus supaya terjadi perdebatan argumentatif," jelasnya.

Pria kelahiran 1959 tersebut mengatakan dirinya ingin membantu pemerintah dalam menanggulangi radikalisme.

"Saya mau bantu sebenarnya," katanya.

Alih-alih disetujui oleh pemerintah, Rocky mengatakan dirinya justru dianggap sebagai provokator.

"Tapi dianggap saya memprovokasi," tambahnya.

Dirinya mengakui ia memang datang ke kampus untuk memprovokasi, namun memprovokasi pikiran mahasiswa.

"Saya bilang memang, saya datang ke kampus untuk memprovokasi pikiran," tegasnya.

Video dapat dilihat mulai menit 3.30


Pada segmen sebelumnya, Rocky sempat membahas bagaimana isu terorisme dan radikalisme hanyalah pengalihan isu yang dibuat oleh pemerintah.

Menurutnya, radikalisme dan terorisme dibuat oleh pemerintah untuk menyamarkan kegagalan yang mereka lakukan.

"Yang ada kan sekarang radikal, radikal, fundamentalisme," jelas Rocky.

"Nah biasanya rezim itu mulai asal tuduh kalau dia gagal mensejahterakan rakyat," tambahnya.

"Jadi ini (radikalisme dan terorisme) kamuflase," tegasnya.

Ia lanjut mengatakan soal teroris yang ketuanya sudah mati namun radikalisme masih ada di Indonesia.

Rocky beranggapan hal tersebut tidak masuk akal karena ketua dari ISIS sudah mati.

"Nanti ada teroris segala macam, ISIS ketuanya terbunuh tapi masih ada radikalisme di Indonesia, kan udah enggak ada idenya," tambahnya.

Video dapat dilihat mulai menit 2.47


BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita