Oleh Dr. Ahmad Yani SH., MH.*
Satu peristiwa penting yang tercatat sebagai sejarah umat Islam Indonesia adalah peristiwa 212 di Monas. Jutaan manusia berkumpul dalam satu tujuan, yaitu menuntut keadilan atas penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Thaja Purnama alias Ahok.
Ma"ruf Amin sebagai Ketua MUI menandatangani Pandangan Keagamaan Majelis Ulama. Kedudukan pandangan keagamaan itu setingkat di atas fatwa. Kiyai Ma"ruf adalah orang yang berperan penting menjadi legitimasi pergerakan umat. Habib Rizieq adalah tokoh utama penggerak aksi tersebut. Jutaan umat Islam hadir dari berbagai daerah, meramaikan peristiwa bersejarah atas Ucapan sang penista.
Reuni 212 sudah berjalan dua kali di Monas dan tetap dihadiri ratusan ribu dan bahkan mencapai jutaan orang. Luar bisa dahsyatnya spirit 212 itu, sehingga siapapun yang mendengarkan selalu mengundang reaksi, baik itu reaksi negatif maupun positif. Yang negatif hanyalah buzzer-buzzer kekuasaan, sementara sebagian besar umat Islam atau sebagian besar rakyat Indonesia mengagumi gerakan 212 itu.
*Kembali Mengingat*
Tiga atau beberapa tahun lalu Ahok adalah pejabat arogan dan kasar. Tidak ada pejabat segarang Ahok dan bebas mencaci maki selain dia. Mulutnya itu benar-benar dibayar tunai oleh Allah, lewat mulutnya juga Ahok menista agama Islam dan akhirnya menjadi terpidana atas kasus itu.
Ahok adalah mantan Narapidana yang paling spesial dihati rezim, betapa tidak, karena setelah diputus bersalah oleh Pengadilan, Ahok tidak seharipun menjalani di lembaga pemasyarakatan, hanya transit beberapa jam di LP Cipinang setelah itu di tempatkan di Mako Brimob kelapa dua depok, dan katanya menjalankan hukuman di Rutan Mako Brimob sampai akhirnya keluar dari Rutan Tersebut, Tidak ada yang paling spesial di republik ini untuk saat sekarang kecuali Ahok. Jabatannya sebagai Komisaris Utama Pertamina adalah bukti bahwa mantan Narapidana penista agama itu memang orang isitmewa.
Padahal wakil Presiden yang juga penandatangan pandangan keagamaan MUI yang menyatakan Ahok penista agama, punya kewenang mengintervensi kebijakan menteri untuk mencegah mantan Narapidana masuk lembaga atau badan milik negara.
Ialah Kiyai Ma"ruf tokoh penting yang melegalisasi seluruh penyataan Ahok sebagai penistaan agama dan dengan itu juga mendorong umat lebih berani bergerak. Tetapi kenapa Kiyai tidak mempertanyakan menteri BUMN Erick Tohir tentang keputusannya? Padahal Kiyai tahu Ahok itu penista.
Kiyai Ma"ruf wakil presiden, Ahok tetap menjadi ""anak emas" sementara Habib Rizieq di persulit bahkan tidak bisa pulang akibat ulah tangan-tangan kekuasaan yang ingin mencegahnya kembali ke Indonesia.
Habib Rizieq adalah tokoh kunci 212, penggerak sekaligus sentral 212. Sosok yang dicintai oleh umat namun tidak se-istimewa Ahok bagi Penguasa. Meskipun mantan Napi Ahok tetaplah "orang penting" bagi kekuasaan.
Disinilah kita dapat memetik suatu pelajaran bahwa ketidakadilan hukum masih menjadi masalah serius. Kekuasaan bukan untuk melindungi warga negara, tetapi kekuasaan untuk melindungi segelintir orang.
*Gerakan 212*
Gerakan 212 adalah semangat kebangkitan Islam Indonesia di panggung nasional abad 21. Dimana umat Islam menyatu dalam satu panggilan persatuan yaitu bersatu untuk bangsa dan negara.
Semangat persatuan Umat Islam merupakan modal utama bagi kebangkitan Islam di bidang politik yang tidak bisa diabaikan atau dilewatkan begitu saja. Ini kesadaran pertama pasca runtuhnya politik Islam di tahun 1960.
Gerakan 212 adalah new social movement yang mampu menyatukan umat Islam dalam satu seruan tegakkan keadilan dan hukum. 212 adalah momen historis yang membekas, untuk merajut persatuan Islam yang otentik.
Dalam dua kali reuni, lautan manusia memutihkan monas dengan semangat perdamaian dan cinta tanah air yang kuat. Seluruh Indonesia hingga sampai ke mancanegara melihat bahwa 212 merupakan aksi damai yang paling beradab.
Kalau sekiranya jutaan manusia itu bertindak anarkis, maka bisa dipastikan chaos dan kerusakan tidak akan mampu dihentikan. Tetapi adab massa 212 adalah cerminan dari keadaan Islam yang damai dan sejuk.
Tuduhan intoleran hingga fitnah kepada Habib Rizieq, dan ulama-ulama lainnya terbantahkan dengan aksi 212. Tetapi meskipun terbukti beradab dan
cinta damai, gerakan itu menjadi musuh utama rezim. Sehingga dihalang-halangi dengan berbagai cara.
Gerakan 212 akan melakukan reuni untuk ketiga kalinya, menandakan bahwa gerakan ini sudah menjadi monumen sejarah bagi umat Islam. Reuni dengan antusiasme umat Islam mencapai jutaan orang pasti bukan karena dorongan tertentu, tetapi jauh lebih besar yaitu Islam dan kebangkitan politik Islam di Indonesia.
Karena itu reuni 212 sebagai pengikat sekaligus pengingat kita bahwa umat harus satu untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan. Kalau si Penista sudah mendapatkan posisi penting dengan berbagai masalah korupsi di pundaknya, maka Ma"ruf Amin telah menerima penista dengan berbagai tuduhan itu berada dibawah kekuasaannya..
Habib Rizieq kini tetap menjadi musuh utama kekuasaan. Dibuatkanlah berbagai cara untuk menyerang Habib Rizieq, namun semasih ada 212, Habib Rizieq tetap diingat sebagai penggerak 212, sementara Ahok tetap dikenal sebagai penista Agama.
Wallahualam bis shawab...(*)
*) Dosen FH dan Fisip UMJ dan Praktisi Hukum