Kebakaran Terdahsyat di Pulau Sebuku, 200 Rumah Rata dengan Tanah

Kebakaran Terdahsyat di Pulau Sebuku, 200 Rumah Rata dengan Tanah

Gelora Media
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Sahriah bermimpi. Desanya didatangi banyak orang berbaju merah. Seperti pasukan. Sehari setelah bermimpi, desanya hangus dilumat si jago merah. ”Kakak saya mimpi begitu kemarin. Cuma nggak tahu kalau itu pertanda,” ujar Jamilah, korban kebakaran.

Sabtu (23/11) malam, sekitar pukul 22.00, kebakaran hebat melanda Desa Sungai Bali di Kecamatan Pulau Sebuku, Kotabaru, Kalimantan Selatan (Kalsel). Lokasi desa tersebut cukup terpencil. Dibutuhkan waktu sekitar satu jam perjalanan dari pusat kota kabupaten menggunakan speedboat.

Pada malam nahas itu, Jamilah yang berada di rumah anaknya mendengar kepanikan di luar. Dia pun berlari. Di dekat rumahnya terlihat api menjilat tinggi ke angkasa. ”Tinggi sekali. Dan besar apinya,” ungkap dia kepada Radar Banjarmasin kemarin siang (24/11).

Jamilah pun berlari ke arah rumahnya. Ingin menyelamatkan barang-barang. Namun, api mengamuk sejadi-jadinya. Dia akhirnya pasrah. Rumahnya yang terbuat dari kayu terbakar hingga rata dengan tanah.

Sekitar 300 meter dari sana, Kapolsek Pulau Sebuku Iptu Tumbur Sirait sibuk mengerahkan personelnya. Dia terlihat pucat pasi. Sebab, dia tahu persis, tidak ada pemadam api di sana. Air pun tak ada. Kemarau membuat sungai mengering. Sumber air yang bisa diambil berjarak cukup jauh. Tinggal air laut jadi pilihan. ”Tapi, saat itu air laut surut sekali. Pasang baru mulai jam 11 malam,” jelasnya.

Di depan matanya sendiri, Tumbur menyaksikan kantornya habis dilalap api. Tanpa sisa. Alat berat tidak sempat membentengi area kantornya. Bahkan, operator alat berat nyaris tewas saat mencoba menahan api dengan tumpukan tanah. Roda alat berat itu malah terjebak lubang. Untung, operator cepat kabur. Alat berat itu pun dilalap api. Kacanya pecah. Bannya hangus.

Tidak lama kemudian datang mobil pemadam kebakaran (PMK) milik perusahaan swasta. Membawa air laut dari pelabuhan terjauh. Air disemprotkan. Hampir tak ada guna. ”Ngeri apinya,” ujar Badaruddin, warga setempat. Air habis, mobil pemadam pun jalan lagi untuk mengambil air. Jauh.

Tangis terdengar riuh. Teriakan minta tolong bersahut-sahutan. Badaruddin melihat beberapa orang berlari dari rumah tanpa sempat membawa apa-apa selain yang melekat di badan.

Untung, sinyal internet bagus di sana. Kabar cepat viral di media sosial. Mobil pemadam kebakaran di pusat kota kalang kabut. Berebut ke pelabuhan, adu cepat cari kapal. Sayang, sedikit yang kebagian speedboat. Para pemadam senior yang tergabung di Pemadam 234 dan Rahel berhasil masuk.

Apa yang mereka saksikan membuat bergidik. Api melebar semakin luas. Namun, semua tetap berjibaku. Alat berat lainnya dikerahkan untuk membuat pembatas di tepi desa. Rumah yang telanjur dilalap api lantas digusur. Puing-puingnya dilempar ke tengah api. Asap mencekik tenggorokan mereka yang berada di dekat api. Panasnya terasa melingkupi desa. Sebagian warga akhirnya berlarian ke arah gunung.

Dahsyatnya api bisa dibayangkan: menyala mulai pukul 22.00, baru padam pukul 03.30. Artinya, api mengamuk selama 5,5 jam. ”Semua rata dengan tanah,” ujar seorang anggota pemadam dari Rahel.

Menurut laporan dari Pusat Kendali Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotabaru, api diduga berasal dari korsleting listrik di salah satu rumah.

Berdasar hitungan sementara, sekitar 200 rumah terbakar ditambah dengan dua los pasar. Kantor Polsek Pulau Sebuku beserta lima bangunan asrama polisi juga terbakar.[jpc]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita