GELORA.CO - Bolivia saat ini berada di ambang kehancuran setelah Evo Morales mengundurkan diri sebagai presiden di bawah tekanan akhir pekan kemarin. Hal itu menyebabkan terjadinya kekuasaan di negara tersebut.
Begitu kata Presiden Rusia Vladimir Putin di tengah pertemuan puncak BRICS di Brasilia pada Kamis (14/11).
Meski begitu, Putin tetap menaruh harapan bahwa siapapun yang memimpin Bolivia nantinya, akan tetap bekerjasama dengan Rusia.
"Suatu situasi telah muncul di mana tidak ada otoritas sama sekali," kata Putin.
"Negara ini berada di ambang kekacauan," sambungnya seperti dimuat Reuters.
"Semuanya berubah dengan cepat di Amerika Latin. Mari kita berharap bahwa akal sehat akan menang," tuturnya.
Rusia sendiri diketahui memiliki hubungan baik dengan Bolivia. Rusia memiliki kepentingan komersial di Bolivia di mana badan nuklir negara tersebut membangun pusat nuklir.
Selain itu, Morales juga mengunjungi Moskow untuk mengadakan pembicaraan dengan Putin pada bulan Juni lalu dan menunjuk gas serta lithium Bolivia sebagai area untuk kerja sama.
Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan Rusia siap untuk bekerja dengan pemimpin sementara Bolivia, tetapi menekankan bahwa dia telah berkuasa tanpa memiliki kuorum penuh di parlemen.
Diketahui bahwa Jeanine Anez, wakil presiden Senat Bolivia saat ini bertindak sebagai pemimpin sementara Bolivia setelah Morales mengundurkan diri.
Rusia sendiri menuding bahwa mundurnya Morales merupakan bentuk kudeta yang diatur dan menuduh oposisi Bolivia melepaskan kekerasan serta mencegah Morales menyelesaikan mandatnya. (Rmol)