GELORA.CO - Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mandek di 5 persen beberapa tahun terakhir hingga kini membuat sejumlah analis ekonomi dunia ragu dengan keabsahan angka tersebut.
Salah satunya datang dari Analis Ekonomi Capital Economics asal Inggris, Gareth Leather.
Menurut Leather, dari data indikator bulanan yang ia telaah, terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang begitu signifkan setahun terakhir, namun angka yang dirilis, pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil di 5 persen.
"Kami tidak memiliki kepercayaan banyak pada angka-angka resmi PDB Indonesia, yang telah stabil selama beberapa tahun terakhir,” kata Leather seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (6/11).
Selain Leather, Ekonom Hong Kong dari Natixis SA, Trinh Nguyen juga mempertanyakan angka tersebut dalam unggahan di Twitter pribadinya. Ia menilai janggal angka 5 persen yang dirilis tersebut.
"Saya tidak tahu bagaimana ekonomi dapat tumbuh pada tingkat yang sama untuk waktu yang lama tetapi Indonesia miliki," katanya.
"Padahal pengeluaran pemerintah lemah dan investasi melambat ditambah impor mengalami kesulitan," imbuhnya.
Menyikapi hal itu, Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan, meski angka 5 persen diragukan, namun itulah yang terjadi di Indonesia.
Menurut Suhariyanto, angka 5 persen yang dirilis BPS sudah sesuai dengan kaidah perhitungan yang ketat dan hal itu dipantau oleh lembaga independen, termasuk Dana Moneter Internasional (IMF).
Ia menambahkan, jika BPS melakukan "kecurangan" dalam penghitungan pertumbuhan ekonomi, hal tersebut akan menjadi aib internasional bagi Indonesia.
"Jika saya melakukan sesuatu dengan data, IMF akan mengetahuinya. Dan jika itu terjadi, bukan hanya BPS yang akan menanggung rasa malu, kredibilitas negara hancur," katanya.
Melihat fenomena ini, Pengamat Kebijakan Ekonomi Publik Hidayat Matnoer menilai, alangkah profesionalnya bila BPS menjawab tudingan miring dari ekonom asing dengan data yang valid, bukan hanya dengan pernyataan yang membantah penilaian miring tersebut.
"Para Analis dari London dan Hong Kong mencurigai angka PDB Indonesia. Angka yang konsisten stabil sekitar 5 perseb sebenarnya diragukan. Sejak tahun lalu sebenarnya telah terjadi perlambatan yang signifikan," katanya saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, sesaat lalu.
Alumni UI ini berpandangan, hal tersebut akan sangat berisiko terhadap kredibilitas bagi BPS dan Bangsa Indonesia bila kejanggalan yang dikemukakan analis asing tersebut benar.
"Ini sedang berlangsung. Semoga BPS mampu menjawabnya bukan hanya dengan statement tapi dengan data lebih valid," demikian Hidayat.(rmol)