GELORA.CO - Tokoh nasional DR Rizal Ramli tidak hanya paham mengenai modus operandi buzzers politik di media sosial, yang olehnya disebut sebagai sampah demokrasi.
Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid itu juga menemukan dua cara efektif memberantas para buzzer.
RR, sapaan akrabnya, menemukan jurus itu setelah dirinya menjadi target serangan. Serangan itu muncul setelah kritik keras RR pada kebijakan pemerintah mengusung mantan narapidana penista agama, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok jadi Komisaris Utama Pertamina.
Baginya, Ahok bukan orang yang berpengalaman menangani korporasi dan tidak terbiasa dengan good governance.
Pasalnya, Ahok masih terindikasi terlibat dalam sejumlah kasus keuangan saat menjabat sebagai gubernur. Mulai dari kasus pembelian lahan RS Sumber Waras, lahan di Cengkareng, hingga bus Transjakarta dari Tiongkok.
Adapun cara pertama untuk menghentikan buzzer politik di media sosial adalah dengan meminta para tokoh-tokoh politik berhenti membiayai buzzers bayaran yang merusak demokrasi.
“Ada yang punya ratusan buzzers, setiap hari tweet 10 kali dengan kosakata norak & terbatas,” tegasnya.
Cara kedua, ujar mantan Menko Maritim itu adalah dengan memblock warganet yang terbiasa ngawur saat berkomentar. Dengan begitu, maka buzzer akan sibur berperang dengan sesama rekannya sendiri.
“Block dan mute, biarkan mereka dialog sendiri,” pungkasnya. (Rmol)