GELORA.CO - Keterbukaan Partai Nasdem yang mulai memberikan panggung politik kepada sosok lain seperti Anies Baswedan berpotensi memberi kesan negatif di mata publik.
Berbagai manuver yang belakangan dilakukan partai pimpinan Surya Paloh ini bahkan terkesan menempatkan Presiden Joko Widodo sebagai masa lalu.
“Jangan sampai SP (Surya Paloh) dipersepsikan oleh publik sedang membangun branding bahwa Jokowi seolah masa lalu, sedangkan Anies Baswedan sebagai masa depan dalam rangka menuju Pemilu 2024,” ujar pengamat politik Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing ketika dihubungi, Minggu (10/11).
Di tengah manuvernya ke parpol oposisi seperti PKS dan membranding tokoh lain di luar Jokowi ini, Emrus mengingatkan bahwa Nasdem telah mendapat tiga kursi menteri di Kabinet Indonesia Maju di bawah kepemimpinan Jokowi.
“Persepsi branding semacam ini kurang produktif karena tiga kader Nasdem ada di kabinet. Ini berpotensi sebagai politik dua kaki,” papar Emrus.
Terlebih saat ini Surya Paloh tak sepenuh hati mendukung pemerintahan Jokowi periode 2019-2024. Sikap politik Nasdem itu berbeda dibandingkan pada periode pertama Jokowi bersama Jusuf Kalla.
“Bila merujuk pada beberapa tindakan komunikasi politik yang ditembakkan oleh SP sejak penyusunan kabinet hingga pekan ini, tampaknya belum sepenuhnya memberi dukungan kepada pemerintahan Jokowi jilid dua ini. Sangat berbeda ketika pemerintahan Jokowi jilid satu, SP dan partainya mendukung total. Waktu itu sampai mengemuka Jokowi presidenku, Nasdem partaiku,” tegasnya.
Menurut Emrus, kali ini manuver Surya Paloh di ruang publik sangat terlihat, yang paling mencolok adalah pernyataan Surya yang siap menjadi oposisi saat Jokowi sedang menyusun kabinet untuk pemerintahan 2019-2024.
Ketika SP sempat mengancam mau keluar dari koalisi untuk beroposisi saat penyusunan kabinet, ini salah satu bukti nyata bahwa dia sedang bermanuver politik di ruang publik,” tutupnya. (Rmol)