Arief Poyuono: Utang BUMN Numpuk karena Program Infrastruktur Jokowi

Arief Poyuono: Utang BUMN Numpuk karena Program Infrastruktur Jokowi

Gelora News
facebook twitter whatsapp

GELORA.CO - Menumpuknya utang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tak bisa dilepaskan dari imbas kebijakan yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo dalam lima tahun terakhir.

Dalam rilis data yang dikeluarkan lembaga pemeringkat global, Moody's Investor Service, utang luar negeri (ULN) BUMN hingga Juli 2019 mencapai 52,8 miliar dolar AS.

"Utang BUMN yang besar kan akibat BUMN didorong sama Joko Widodo untuk berpartisipasi pada program pembangunan infrastruktur lima tahun terakhir," kata Wakil Ketua Umum Gerindra, Arief Poyuono dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Selasa (19/11).

Akibatnya, lanjut Arief, BUMN Indonesia menunjukkan outlook utang yang mengkhawatirkan hingga menyebabkan risiko kontijensi, antara lain rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio/DER), kemampuan bayar utang (interest coverage rasio/ICR), rasio balik modal (retun on equity/ROE) serta persentase utang terhadap PDB BUMN.

Berdasarkan laporan keuangan tersebut, beberapa BUMN Indonesia, seperti PT Waskita Karya, PT Garuda Indonesia, PT Adhi Karya, PT Kimia Farma, PT Krakatau Steel, dan PT Indofarma menjadi sorotan utama.

PT Waskita Karya menjadi penyumbang utang teratas yang awalnya hanya Rp 9,7 triliun di tahun 2014, melesat hingga Rp 103,7 triliun pada akhir Juni 2019 atau naik 970 % dalam lima tahun.

"Ini akibat program pembangunan infrastruktur yang dicanangkan Joko Widodo," tegasnya.

Pun demikian dengan sektor perbankan BUMN seperti Bank BTN yang dalam lima tahun terakhir memiliki utang mencapai 287,8 triliun atau naik sebanyak 117,4 persen dari tahun 2014. Hal ini menurut Arief sebagai akibat non performing loan (NPL) tinggi, hingga macetnya kredit perumahan bersubsidi yang jadi program Joko Widodo

Berbeda dengan emiten batu bara, PT Bukit Asam Tbk (PTBA), yang dalam periode yang sama total kewajiban perusahaan hanya naik 16,6%, dari Rp 6,1 triliun di tahun 2014 menjadi Rp 7,2 triliun di paruh pertama tahun ini.

"Nah jadi program-program infrastruktur Joko Widodo lah yang buat utang BUMN menumpuk dan berisiko gagal bayar," tutupnya. [rm]
BERIKUTNYA
SEBELUMNYA
Ikuti kami di Google Berita