GELORA.CO - Pemerintah AS melalui badan intelijennya menyelidiki pemilik aplikasi TikTok asal Cina atas isu keamanan nasional. ByteDance Technology Co. Perusahaan tersebut sebelumnya mengakuisisi aplikasi media sosial AS, Musical.ly.
Akuisisi senilai USD1 miliar tersebut telah selesai dua tahun lalu.
Pekan lalu, Pemimpin Minoritas Senat AS Chuck Schumer dan Senator Tom Cotton mengirimkan sepucuk surat kepada Joseph Macguire, penjabat direktur intelijen nasional, untuk melakukan penyelidikan keamanan nasional.
Mereka khawatir tentang pengumpulan data pengguna platform berbagi video, dan apakah konten sensor Cina dilihat oleh pengguna AS.
TikTok menjadi salah satu aplikasi populer di kalangan remaja AS di saat meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing karena perdagangan dan transfer teknologi. Sekitar 60 persen dari 26,5 juta pengguna aktif bulanan TikTok di AS berusia antara 16 dan 24, kata perusahaan itu tahun ini, kutip VOA News, Sabtu(2/11).
Komite Investasi Asing di Amerika Serikat (CFIUS) telah mulai meninjau kesepakatan Musical.ly, kata sumber tersebut. TikTok tidak meminta izin dari CFIUS ketika mengakuisisi Musical.ly sehingga memberikan ruang bagi AS untuk melakukan penyelidikan.
CFIUS sedang melakukan pembicaraan dengan TikTok tentang langkah-langkah yang bisa diambil untuk menghindari pelepasan aset Musical.ly, kata sumber itu. Detail pembicaraan itu, yang disebut oleh CFIUS sebagai mitigasi, tidak dapat dipelajari.
“Meskipun kami tidak dapat mengomentari proses regulasi yang sedang berlangsung, TikTok telah menjelaskan kami tidak memiliki prioritas yang lebih tinggi daripada mendapatkan kepercayaan pengguna dan regulator di AS. Bagian dari upaya itu adalah termasuk bekerja dengan Kongres dan kami berkomitmen untuk melakukannya,” kata juru bicara TikTok.
Pada hari Jumat, senator Schumer menyambut berita penyelidikan dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email. Ia mengatakan “validasi dari keprihatinan kami bahwa aplikasi seperti TikTok dapat menimbulkan risiko serius bagi jutaan orang Amerika dan pantas mendapatkan pengawasan yang lebih besar.”
TikTok memungkinkan pengguna untuk membuat dan berbagi video pendek dengan efek khusus. Perusahaan mengatakan data pengguna AS disimpan di negara tersebut, namun para senator mencatat ByteDance diatur oleh hukum Cina.
TikTok juga mengatakan Cina tidak memiliki yurisdiksi atas konten aplikasi, yang tidak beroperasi di Cina dan tidak dipengaruhi oleh pemerintah asing.
CEO Facebook Mark Zuckerberg, yang produknya bersaing dengan TikTok, khususnya untuk pengguna yang lebih muda, juga mengkritik aplikasi tersebut karena masalah sensor.
Amerika Serikat semakin meneliti pengembang aplikasi atas data pribadi yang mereka tangani, terutama jika beberapa di antaranya melibatkan personel militer atau intelijen AS.[ns]