GELORA.CO - Pengamat Komunikasi Politik, Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah menilai majunya putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) Gibran Rakabuming Raka dan menantu Jokowi, Bobby Afif Nasution dalam pemilihan walikota di dua daerah berbeda yakni Solo, Jawa Tengah dan Medan, Sumatera Utara merupakan keinginan sesaat karena latah tergoda kuasa.
Dedi menyarankan Presiden Jokowi sebaiknya tidak merestui keinginan putranya dan menantunya itu. Sebab majunya kedua keluarga dekat Jokowi ini dinilai akan membaya dampak buruk terhadap iklim politik dalam negeri.
Meskipun setiap warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pemilihan kepala daerah, tetapi kondisi ini jelas tidak baik, terlebih yang menjadi masalah dalam politik Indonesia saat ini, salah satunya adalah politik dinasti, biarpun terpilih secara demokratis, praktiknya menurut Dedi akan mengarah pada kolusi.
"Jokowi ada baiknya tidak merestui keinginan putranya berkontestasi di Pilkada, pun melarang menantunya latah tergoda berkuasa. Jika keduanya sampai benar-benar bertarung di Pilkada masing-masing maka sangat buruk bagi iklim politik kita,"katanya dihubungi di Jakarta, Sabtu (2/11/2019).
Dedi Kurnia Syah menjelaskan, majunya kedua orang dekat Jokowi itu tidak bisa dilepasakan dari nama Jokowi. Majunya putra dan menantu Jokowi itu secara tidak langsung mempersepsikan presiden sedang mengejar dinastinya politiknya sendiri. Terutama pada saat Jokowi sedang berkuasa untuk periode keduanya.
"Akan sangat sulit untuk tidak membawa nama Jokowi dalam proses kontestasi keduanya, dan itulah yang menjadikan Jokowi terkesan mengejar dinastinya sendiri," Katanya.
Menurut Dedi, bagaimanapun tidak dapat dipungkiri Jokowi sebagai presiden punya pengaruh khusus, terlebih ini adalah putranya sendiri, hanya saja Jokowi akan pertaruhkan reputasinya, ia bisa dianggap melanggengkan politik dinasti, padahal persoalan demokrasi kita sejauh ini adalah dinasti. [ak]